Page 82 - Buku Paket Kelas 9 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
P. 82
Ketenteraman Qu Yuan itu ternyata dihancurkan oleh berita hancur binasanya ibu kota Negeri Chu, tempat miao leluhurnya itu, diserbu oleh pasukan Negeri Qin. Hal tersebut menjadikan Qu Yuan yang telah berusia lanjut itu merasa tiada arti lagi hidupnya. Setelah dirundung kebimbangan dan kesedihan, beliau memutuskan menjadikan dirinya yang telah tua itu biarlah menjadi tugu Peringatan bagi rakyatnya akan peristiwa yang sangat menyedihkan atas tanah air dan negerinya itu. Semoga bangkit semangat rakyatnya menegakkan kebenaran dan mencuci aib yang menimpa negerinya.
Ketika itu kebetulan saat hari suci Duan Yang; beliau mendayung perahunya ke tengah-tengah sungai Mi Luo, dinyanyikan sanjak-sanjak ciptaannya yang telah dikenal rakyat sekitarnya, yang isinya mencurahkan rasa cinta tanah air dan rakyatnya. Rakyat banyak tertegun mendengar semuanya itu. Pada saat itu beliau sampai ke tempat yang jauh dari kerumunan orang, beliau menerjunkan diri ke dalam sungai yang deras dan dalam. Beberapa orang yang mengetahuinya segera berusaha menolongnya, tetapi hasilnya nihil, jenazahnya pun tidak diketemukan. Seharian Yu Fu, nelayan kawan Qu Yuan itu, dengan perahu-perahu kecil mengerahkan kawan-kawannya mencari; hasilnya sia-sia belaka.
Pada tahun ke dua saat Duan Yang, ketika kembali orang merayakan hari suci Duan Yang, Yu Fu telah membawa sebuah tempurung bambu berisi beras dituangkan ke dalam sungai untuk mengenang kembali dan menghormati Qu Yuan. Banyak orang lalu mengikuti jejak Yu Fu. Demikianlah kematian Qu Yuan tidak sia-sia, telah mampu menggerakkan hati rakyat kepada cita yang luhur, bahkan telah mengubah sikap Yu Fu yang telah mengingkari duniawi itu. Inilah kemenangan pengorbanan Qu Yuan.
74 Kelas IX SMP