Page 227 - Buku Paket Kelas 12 Agama Hindu
P. 227
Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata” (sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaisme disebut sebagai “Trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak) hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata.
Para Sulinggih (Pendeta) di Bali banyak yang menggunakan ubun- ubun (sahasrara) sebagai objek karena disaat “ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain diluar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogi menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa kearah kedamaian batin, matahari untuk kekuatan fisik, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek diluar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru Spiritual yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan mencapai Dhyana dan Samadhi. Sebaliknya keterikatan pikiran akan obyek yang dipergunakan untuk mencapai dharana merupakan hambatan bagi pengikut yoga untuk mencapai dhyana dan samadi.
Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indra baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit.
Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah mengalirkan pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek Dharana. Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan: “Tatra pradyaya ekatana dhyanam” Artinya: Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus- putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Hubungan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut :
“Pranayamair dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca sansargan, dhyanena asvan gunan.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 217