Page 79 - Buku Paket Kelas 9 Agama Buddha.pdf
P. 79

                Maka, Y.M. Bhikkhu Ananda pun masuk menemui Sang Buddha. Setelah menghormat dan mengambil tempat yang layak, ia berkata:
“Bhante, Permaisuri Mahapajapati Gotami dengan kedua telapak kaki membengkak, badan penuh debu, berduka, kecewa, dengan air mata berlinang berdiri di luar karena Sang Tathagata tidak mengizinkan wanita upasampada sebagai pabbajita. Saya mohon ijinkanlah wanita upasampada sebagai pabbajita dalam Dharma Vinaya yang telah Tathagata babarkan.”
Namun, Sang Buddha menolak dengan berkata:
“Ananda, janganlah merasa senang bahwa wanita meninggalkan kehidupan berumah tangga dan upasampada menjadi pabbajita dalam Dhamma Vinaya yang Tathagata telah babarkan.”
Y.M. Bhikkhu Ananda mengulang permohonannya sebanyak tiga kali. Namun, Sang Buddha menolak dengan jawaban yang sama. Maka, Bhikkhu Ananda berpikir, bagaimana caranya agar Sang Buddha berkenan mengijinkannya. Lalu, mengajukan pertanyaan dengan cara lain:
“Bhante, apabila seorang wanita meninggalkan kehidupan berumah tangga dan upasampada sebagai pabbajita, apakah ia mampu mencapai penerangan Dharma, sotapattiphala, sakadagamiphala, anagamiphala maupun arahattaphala?”
“Ananda, apabila seorang wanita meninggalkan kehidupan berumah tangga dan upasampada sebagai pabbajita, ia akan mampu mencapai penerangan Dhamma, sotapattiphala, sakadagamiphala, anagamiphala maupun arahattaphala.”
“Ibu Mahapajapati Gotami adalah seorang wanita yang amat berjasa terhadap Sang Tathagata. Beliau telah merawat Sang Tathagata, memberi air susunya sendiri. Beliau telah membesarkan Sang Tathagata dengan penuh kasih sayang. Mengingat itu semua, Saya mohon Sang Tathagata berkenan memberi upasampada pada beliau.”
 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
73

























































































   77   78   79   80   81