Page 81 - Buku Paket Kelas 9 Agama Buddha.pdf
P. 81
“Ayasma Ananda, saya menerima delapan garudhamma yang diajukan Tathagata. Tidak akan melanggarnya seumur hidup. Ibarat seorang remaja putri yang senang bersolek. Setelah mandi bersih-bersih, menerima Bunga Padma dan untaian melati yang harum dengan kedua belah tangan terbuka, dijunjung di atas kepala dengan perasaan hormat dan terima kasih.”
Setelah itu, Y.M. Bhikkhu Ananda masuk kembali menghadap Sang Buddha dan mengatakan bahwa Mahapajapati Gotami telah upasampada karena telah menerima delapan garudhamma. Selanjutnya, Sang Buddha menanggapinya:
“Ananda, bila wanita tidak meninggalkan kehidupan berumah tangga untuk upasampada sebagai bhikkhuni, Dharma akan berlangsung lama di dunia ini. Tapi, kini wanita telah upasampada sebagai bhikkhuni, maka Sasana tak akan bertahan lama di dunia ini. Ibarat suatu keluarga yang mempunyai banyak anggota perempuan, sedikit laki- laki, amat sulit untuk mempertahankan diri dari serangan perampok ganas. Untuk itu, ibarat seorang laki-laki membuat tanggul di sekitar kolam air sebagai penghalang agar air tak mengalir keluar, begitupun Tathagata mengharuskan delapan garudhamma tak boleh dilanggar seumur hidup oleh bhikkhuni.”
Saat itu, Bhikkhuni Mahapajapati Gotami menghadap Sang Buddha. Setelah menghormat dan mengambil tempat yang layak, ia bertanya:
“Bhante, selanjutnya apa yang harus saya perbuat terhadap para wanita yang mengikuti saya?”
Sang Buddha menjawab dengan penjelasan Dhamma. Kemudian, memerintahkan para bhikkhu untuk meng-upasampada para wanita itu menjadi bhikkhuni, setelah Bhikkhuni Mahapajapati Gotami berpamitan pergi. Maka, para bhikkhu pun melaksanakan upasampada para wanita pengikut Mahapajapati Gotami atas perintah Sang Buddha. Setelah itu para bhikkhuni baru itu berkata:
“Kami telah diupasampada oleh para bhikkhu. Tapi, Ibu Gotami belum di upasampada oleh para bhikkhu.”
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
75