Page 194 - Buku Paket Kelas 11 Agama Hindu
P. 194

 orang putra, yang sulung putri diberi nama Ida Ayu Swabhawa alias Hyangning Salaga (yang berarti dewanya kuncup bunga melur) sebagai nama sanjungan karena cantik jelita rupa dan perawakannya serta pula ahli tentang ajaran batin. Adiknya seorang putra diberi nama Ida Kulwan (artinya kawuh/barat) dan diberi nama sanjungan Wiraga Sandhi yang berarti kuntum bunga gambir, karena tampan dan gagah perawakannya (Sugriwa, 1993:8).
Sementara itu kerusuhan yang sangat mengerikan telah melanda tanah Jawa. Banyak penduduk Majapahit berusaha menyelamatkan diri, pindah ke arah timur antara lain ke Pasuruan, Pegunungan Tengger, Brambangan (Banyuwangi) dan sampai ada yang menyeberang ke Bali. Saat itulah Danghyang Nirartha turut pindah dari Daha ke Pasuruan yang disertai oleh dua orang putra-putrinya. Sementara itu istrinya disebutkan tidak turut pindah ke Pasuruan. Setelah beberapa lama di Pasuruan, Danghyang Nirartha beristrikan Ida Istri Pasuruan. Diah Sanggawati (seorang wanita yang sangat menarik dalam pertemuan) karena cantiknya, adalah nama sanjungan dari Ida Istri Pasuruan. Beliau adalah putri dari Danghyang Panawasikan, dan masih merupakan saudara sepupu dari Danghyang Nirartha. Perkawianan antara Danghyang Nirartha dengan Diah Sanggawati melahirkan dua orang putra, yang sulung bernama Ida Wayahan Lor atau Manuaba. Manuaba (mulanya Manukabha) yang berarti burung yang sangat indah karena tampan dan indah raut roman muka dan bentuk angganya. Adiknya bernama Ida Wiyatan atau Ida Wetan yang berarti fajar menyingsing.
Setelah beberapa lama berada di Pasuruan, kemudian Danghyang Nirartha bersama 4 (empat) orang putra-putrinya pindah ke Brambangan (Banyuwangi), namun istrinya tidak disebutkan turut. Brambangan (Blambangan) Banyuwangi
188 Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13































































































   192   193   194   195   196