Page 195 - Buku Paket Kelas 11 Agama Hindu
P. 195

 pada saat itu diperintah oleh raja Sri Aji Juru. Danghyang Nirartha memperistri Sri Patni Keniten, dan dari perkawinannya melahirkan 3 (tiga) orang putra- putri. Yang sulung bernama Ida Rahi Istri, rupanya cantik dan pandai tentang ilmu kebatinan. Yang kedua bernama Ida Putu Wetan atau Ida Putu Telaga atau disebut juga Ida Ender (yang berarti ugal-ugalan) karena terkenal pandainya, kesaktiannya dan ahli ilmu gaib serta banyak tulisan buah tangannya. Yang bungsu bernama Ida Nyoman Keniten (yang berarti tenang dan disiplin air). Sri Patni Keniten yang sungguh-sungguh cantik molek rupanya sehingga terkenal dengan sebutan “jempyaning ulangun” yaitu sebagai obat penawar jampi orang yang kena penyakit birahi asmara. Beliau adalah adik kandung dari Sri Aji Juru, turunan raja-raja (Dalem) dan turunan brahmana, terhitung buyut dari Danghyang Kresna Kepakisan di Mojopahit, dan putri kedua dari raja Brangbangan (Sugriwa, 1993:9).
Danghyang Nirartha adalah orang suci yang mulia dan istimewa. Beliau memiliki bahu keringat yang harum, tak ubahnya bagaikan minyak mawar. Setiap orang yang duduk berdekatan dengan beliau, turut harum tanpa memakai minyak wangi. Setelah beberapa lama berada di Brambangan terjadilah disarmoni dengan lingkungannya. Sebab itu Danghyang Nirartha berupaya untuk pindah dari Brambangan, hendak menyeberang ke Bali bersama 7 (tujuh) orang putra- putrinya beserta istrinya Sri Patni Keniten.
Pada suatu hari menyebranglah Sang Pendeta bersama sanak istrinya mengarungi laut selat Bali (Segara Rupek) dengan mempergunakan buwah labu pahit (waluh pahit) bekas kele kepunyaan orang Desa Mejaya. Sementara itu istri dan putra-putrinya diseberangkan dengan mempergunakan perahu (jukung)
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 189































































































   193   194   195   196   197