Page 132 - Buku Paket Kelas 10 Agama Khonghucu
P. 132
3. Sembahyang kepada Leluhur (Zuzong) di mana yang wajib melaksanakannya adalah rakyat atau umat manusia.
Di zaman purba hingga masa kehidupan Nabi Kongzi para pembesar (Dafu) sampai rakyat hanya boleh bersembahyang dan berdoa kepada arwah para leluhurnya. Ketika Nabi Kongzi menjabat sebagai Pembesar (Dafu), Beliau mulai memikirkan agar sistem ibadah Rujiao dapat diajarkan kepada seluruh rakyat/manusia.
Pada zaman Nabi Kongzi, Miao atau Kelenteng sudah ada sebagai tempat penghormatan kepada raja yang sudah mahrum. Miao pada waktu itu juga menjadi tempat menyimpan benda-benda milik raja yang sudah meninggal. Nabi Kongzi sering mengunjungi Miao itu sebagai tempat belajar membuka wawasan. Dalam kitab Lunyu diceritakan bahwa setiap kali Nabi Kongzi memasuki Miao (Kelenteng) selalu saja banyak hal yang ditanyakan. Di dalam kitab Lunyu tercatat: Tatkala Nabi Kongzi masuk ke dalam Miao besar (untuk memperingati Pangeran Zhao), segenap hal ditanyakan. Ada orang berkata, “Siapa berkata anak negeri Co itu mengerti kesusilaan? Masuk ke dalam Miao segenap hal ditanyakan.” Mendengar itu nabi bersabda, “Justru demikian inilah Kesusilaan.” (Lunyu. III: 15)
2. Peran Nabi Kongzi dalam Sejarah Kelenteng
Nabi Kongzi mempunyai kesan yang mendalam terhadap Kelenteng. Beliau mempunyai ide untuk menjadikan Kelenteng itu sebagai media belajar bagi rakyat di luar istana. Nabi Kongzi menyadari bahwa di dalam masyarakat ada orang yang punya banyak waktu untuk belajar dan membaca buku, yaitu para pejabat negara dan para guru. Namun ada orang di dalam masyarakat yang jumlahnya lebih banyak tidak punya waktu untuk membaca buku karena sibuk bekerja, mereka itu adalah pekerja profesional, para ahli yang kerja di bidang produksi barang, para pedagang yang sibuk bekerja di pasar, para petani dan pekerja lainnya, dan kelompok pengusaha. Kelompok pekerja sibuk ini juga memerlukan pembinaan rohani dan juga perlu belajar meskipun dalam waktu singkat.
Pemikiran ini mendorong Nabi Kongzi menjadikan Kelenteng sebagai tempat masyarakat ‘menjalankan ibadah’ dan ‘belajar membina kehidupan rohaninya.’ Nabi Kongzi menata Kelenteng dengan bentuk luarnya yang indah dan menarik, dan juga menata altar para Shen Ming serta menaruh altar Tiangong di bagian depan. Semua orang yang bersembahyang di Kelenteng wajib bersembahyang kepada Tiangong (Tian) terlebih dahulu. Setelah bersembahyang kepada Tiangong baru sembahyang kepada para Shen Ming. Dengan adanya altar Tiangong, Nabi Kongzi memasukkan unsur Ketuhanan dalam Kelenteng, yang saat di jamannya hanya raja lah yang boleh bersembahyang kepada Tian.
126
| Kelas X SMA/SMK