Page 38 - Buku Paket Kelas 10 Agama Khonghucu
P. 38
saling mengerti dengan orang lain, maka perbuatan pada siang harinya itu memusnahkan kembali yang sudah diperolehnya. Kalau kemusnahan ini berulang-ulang terjadi, kesengsaraan yang diperoleh karena hawa malam itu, tidak cukup untuk menjaganya. Kalau kemusnahan ini berulang-ulang terjadi, kesegaran yang diperoleh karena hawa malam itu tidak cukup untuk menjaganya.
Kalau kesegaran yang diperoleh karena hawa malam itu tidak cukup untuk menjaganya, bedanya dengan burung atau hewan sudah tidak jauh lagi. Kalau orang melihat keadaan yang sudah menyerupai burung atau hewan itu, ia lalu menyangka bahwa memang demikian watak dasarnya. Tetapi benarkah itu sungguh- sungguh merupakan rasa hatinya?”
3. Maka kalau dirawat baik-baik, tiada barang yang tidak akan berkembang, sebaliknya, kalau tidak dirawat baik-baik tiada barang yang tidak akan rusak.” (Mengzi. VI A: 8/1-3)
Ayat di atas menunjukan bahwa watak sejati manusia yang pada dasarnya baik itu dapat dirusakkan oleh nafsu-nafsu yang tidak terkendali, jadi bukan karena watak dasar (watak sejatinya) itu buruk adanya.
2. Keadaan yang Memaksa
Adakala di mana manusia dapat bertindak/berbuat buruk meski tidak ada emosi negatif (‘nafsu’) yang menguasai dirinya, tindakkan itu dilakukan semata-mata karena menurutnya “tidak ada pilihan” atau “terpaksa.”
sumber : shadow-intips.blogspot.com
Gambar 2.5 Mengalir ke tempat yang lebih rendah adalah sifat alami air
Keadaanlah yang menyebabkan ia melakukan suatu tindakan tertentu. Seperti dicontohkan dalam uraian Mengzi melalui percakapannya dengan Gaozi, yang menggambarkan hubungan watak sejati/sifat asli manusia dengan suatu keadaan yang memaksa.
Gaozi berkata, “Watak sejati manusia itu laksana pusaran air, kalau diberi jalan ke Timur akan mengalir ke Timur, kalau diberi jalan ke Barat akan mengalir ke
32
| Kelas X SMA/SMK