Page 32 - Buku Paket Kelas 7 Pendidikan Agama Khonghucu
P. 32
pula memiliki aturan-aturan dan tata laksana upacara dalam melaksanakan ibadahnya, baik ibadah kepada Tuhan, nabi, para leluhur maupun ibadah kepada sesama manusia dengan melakukan perbuatan bajik.
C.2 Masuknya Agama Khonghucu ke Indonesia
Di Indonesia, kedatangan agama Khonghucu diperkirakan telah terjadi sejak akhir zaman prasejarah, terbukti dari ditemukannya benda prasejarah seperti kapak, sepatu yang terdapat di Indo Cina dan Indonesia, yang tidak terdapat di India dan Asia Kecil. Penemuan ini membuktikan telah terjadi hubungan antara kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia dengan Zhongguo baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Indo Cina. Perlu diketahui pendiri dinasti Xia, dinasti pertama dalam sejarah Zhongguo kuno adalah Xia Yu, yang merupakan orang Yunan atau nenek moyang bangsa Melayu.
Agama Khonghucu masuk ke Indonesia sebagai agama keluarga. Para ahli Khonghucu datang bersama para pedagang dari Zhongguo.
Sebagai suatu bukti mengenai keberadaan agama Khonghucu di Indonesia, pada tahun 1688 dibangun Kelenteng Thian Ho Kiong di Makasar, tahun 1819 dibangun Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado, dan tahun 1883 dibangun Kelenteng Boen Thiang Soe di Surabaya. Kemudian, pada tahun 1906 setelah diadakan pemugaran kembali berganti nama menjadi Boen Bio atau Wen Miao.
Sumber: Dokumentasi
Kemdikbud
Gambar 2.6 Kelenteng Thian Ho Kiong di Makasar dibangun pada tahun 1688
Kelenteng Talang di Kota Cirebon-Jawa Barat merupakan
salah satu Kongzi Miao/tempat ibadah Khonghucu. Semua itu juga merupakan peninggalan sejarah yang telah berusia tua. Kelenteng lain yang bernuansa Daopogong antara lain: di Bogor didirikan pada zaman VOC dan banyak tempat lain di seluruh Nusantara mulai dari Aceh hingga ke Timor-Timur.
Akhir abad ke 19, tercatat di seluruh Pulau Jawa ada 217 sekolah berbahasa Mandarin dengan jumlah murid sekitar 4.452 orang. Guru-gurunya direkrut dari negeri Zhongguo. Kurikulum mengikuti sistem tradisional, yakni menghapalkan ajaran Khonghucu. Peserta didik adalah anak-anak pedagang dan tokoh masyarakat seperti Kapitan dan Letnan China. Mereka menempuh
Kelas VII SMP
24