Page 226 - Microsoft Word - E-BOOK BEST PRACTICE_DARI FILM PENDEK HINGGA PANDAI SIKEK
P. 226
putih bersih, tak menyangka kalau guru‐gurunya bilang dia
anak cacat, aku tak melihat dan tak percaya setelah ketemu
sendiri dengan anaknya. Anaknya santun ketika aku
bertandang kerumahnya, dia langsung cium tangan. Tak ada
tanda‐tanda kecacatannya. Kemudian aku minta izin ibunya
untuk mendekati anak tersebut dikamarnya. Kulihat di
kamarnya sangat rapi, buku‐bukunya banyak, dan dia asyik
sendiri dengan lukisan‐lukisannya. Ternyata dia punya
kelebihan dan bakat dalam melukis serta gemar membaca.
Aku yakin teguh tidak cacat, dia punya potensi, dia
memang anak berkebutuhan khusus, autis, suka menyendiri,
asyik dengan dunianya sendiri, terkadang emosinya tak
terkendali, juga sulit komunikasi. Jadi aku mengharapkan
kepada orang tuanya juga guru dan temannya untuk
memperlakukan dia dengan baik, layaknya seperti siswa
lainnya, misal kalau olah raga yang dulunya tak diperbolehkan
ikut, dia hanya disuruh berdiri di pojok lapangan, aku
harapkan diperbolehkan ikut biar fisiknya juga gerak, tidak
hanya duduk diam saja. Dia perlu bantuan komunikasi yang
baik dari guru dan temannya.
Setelah semua kulakukan, tak lama ada laporan
perkembangan dari ibunya sepulang dari sekolah Teguh
bilang “ Ma, aku tadi di sekolah bisa pegang bola, aku senang
ma, besok aku akan ikut main bola sama temanku ,”
mendengar itu ibunya langsung menangis karena terharu dan
langsung menceritakan padaku perkembangan anaknya.
Setelah Teguh lulus SD, kami terima di SMP. Dan setelah
di SMP selalu aku bimbing, juga aku monitor
perkembangannya, melalui bantuan teman‐temannya juga
210 | 62 Guru Peneliti Terbaik