Page 285 - Microsoft Word - E-BOOK BEST PRACTICE_DARI FILM PENDEK HINGGA PANDAI SIKEK
P. 285
anak nakal, pembangkang, pemalas, dan lain‐lain. Tanpa tahu
siapa sebenarnya anak ini.
Ini terjadi pada salah satu anak didikku, sebutlah dia
Kamil (bukan nama sebenarnya). Kamil adalah seorang anak
laki‐laki, dia tinggal tak jauh dari sekolah. Dia seorang anak
dari kedua orang tua buruh petik daun teh, bisa dibayangkan
kehidupannya sangat sederhana. Di kelas 7 dan 8, Kamil
termasuk anak yang biasa saja, tidak terlalu menonjol dalam
hal apa pun. Hingga suatu hari di kelas 3, saya memanggil
Kamil ke ruang BK karena menurut wali kelasnya sudah sering
tidak masuk sekolah.
Masih teringat bagaimana dia memasuki ruang BK
dengan lemas dan tertunduk, ia mengucap salam pelan dan
duduk didepanku yang terhalang satu meja di depannya.
Kucoba sapa dengan penuh penerimaan, seperti yang biasa
ku lakukan pada siswa‐siswa yang datang ke ruang BK.
Namun Kamil tak bergeming, dia tetap menunduk meski
sesekali dia menjawab dengan ucapan singkat, ya dan tidak.
Sepuluh menit berlalu, aku pun memintanya mengangkat
kepalanya. “Nak, coba lihat ibu,” dengan ragu diangkatnya
kepalanya, kucari bola matanya. Tampak merah warna
matanya, keruh, tak sejernih mata yang pernah ku lihat 2
tahun sebelumnya, saat ia duduk di kelas 7. Tak lama
kemudian diapun menerima keberadaanku, dan akhirnya
menceritakan keadaannya, termasuk pegalamannya minum
tuak. Bisa jadi memerah matanya, akibat dari kebiasaan
meminum minuman keras seperti tuak, aku tak menyelidiki.
Saat itu aku hanya ingin menjadi pendengar yang baik,
mungkin sudah lama suara Kamil tidak didengar orang
Dari Film Pendek Hingga Pandai Sikek | 269

