Page 20 - MATERI AJAR E-BOOK TEKS NON FIKSI
P. 20

dari  sisa  sesajen.  Pun  suara  kicuan  beragam  jenis  burung  di  hutan  akan  menemani
                  sepanjang perjalanan wisata spiritual.
                         Dijelaskan  Jero  Mangku  Putu  Yasa,  44,  kawasan  Pura  Taman  Beji  memang
                  dijadikan  tempat untuk malukat oleh para pamedek.  Di  kawasan ini terdapat sejumlah
                  palinggih.  Seperti  Palinggih  Dewa  Ayu  Taman,  Palinggih  Kakiang  Lingsir,  serta
                  kuburan Jayaprana.
                         “Konon menurut cerita para pendahulu yang tiang (saya) terima, di areal  (Pura
                  Taman  Beji)  beliau  (Nyoman  Jayaprana)  dibunuh  dan  dikubur di sini,” ujar Mangku
                  Putu Yasa kepada Bali Express (Jawa Pos Group) belum lama ini.
                         Lanjut  Mangku  Yasa,  jika  merujuk  dari  Geguritan  Jayaprana  dan  Layonsari,
                  dikisahkan ada pasangan suami  istri  di  Desa  Kalianget memiliki dua orang anak laki-
                  laki  dan  satu  perempuan.  Namun,  karena adanya  wabah  penyakit  menimpa  desa
                  tersebut, empat orang keluarga tersebut meninggal, dan hanya tersisa seorang laki-laki
                  paling bungsu bernama Nyoman Jayaprana.
                         Lantaran menjadi seorang anak yatim piatu, Jayaprana kecil memberanikan diri
                  untuk  datang  dan  mengabdi  ke  istana.  Dia  sangat  rajin,  sehingga  membuat  Raja
                  Kalianget sangat mengasihi dan menyayanginya.
                         Singkat  cerita,  Jayaprana  tumbuh  besar.  Dalam  usianya  yang  sudah  belasan
                  tahun, sudah terlihat parasnya  yang rupawan dan senyumnya  yang  manis.  Suatu  hari
                  raja  menitahkan  agar  Jayaprana  memilih  salah  satu  dayang-dayang  ataupun  gadis  di
                  luar  istana untuk dijadikan  sebagai pendamping  hidup. Walaupun dia  belum ada niat
                  untuk  mencari  istri karena masih belia, namun dia tidak kuasa menolak.
                         Pada  akhirnya  Jayaprana  menemukan  tambatan  hatinya  seorang  gadis  jelita
                  bernama  Ni  Layonsari.  Ia  adalah  putri  dari  jero  bendesa  dari  wilayah  Banjar  Sekar.
                  Menerima  laporan  dari  Jayaprana,  sang  raja  menulis  sepucuk  surat  kepada  jero
                  bendesa, dan bendesa tersebut setuju.
                         Hingga  akhirnya  keduanya  sepakat  untuk  melangsukan  upacara  pernikahaan.
                  Pada saat  menghadap  raja,  mereka  menyembah  dengan  hormat kepada Sri Baginda
                  Raja, raja terdiam seribu bahasa dan terpesona melihat kecantikan Ni Layonsari.
                         Setelah  acara  pernikahan  mereka  selesai  dan  kedua  sejoli  kembali  ke
                  rumahnya.  Sang  raja  mengumpulkan  semua  abdinya  meminta  pertimbangan  untuk
                  memisahkan pasangan  tersebut,  agar  Ni  Layonsari bisa menjadi istrinya. Dikatakan
                  kalau  tidak,  maka  raja  bisa  mangkat  karena  dirundung  kesedihan.  Maka  setelah
                  berbagai  saran  dan pertimbangan, maka raja mengeluarkan titah agar Jayaprana pergi
                  ke wilayah Teluk Terima untuk menyelidiki perahu yang hancur karena perompak.
                         Melalui  titah  raja  tersebut,  walaupun  baru  tujuh  hari  berbulan  madu,
                  Jayaprana  tidak  bisa  menolak  titah  raja  itu.  Walaupun  sebenarnya  tidak  disetujui
                  istrinya,  karena  dia  sangat  menyintai  Jayaprana.  Apalagi  ada  firasat  buruk  hadir
                  dalam mimpi sang istri.
                         Akhirnya  istrinya  hanya  bisa  pasrah  dan  berdoa  agar  suaminya  selamat
                  menunaikan tugas raja tersebut. Dalam perjalanan dengan rombongan, Jayaprana sering
                  mendapat  firasat  buruk,  dan  tahu  kalau  dirinya  akan  dibinasakan.  Benar  saja,
                  Jayaprana akhirnya  dibunuh  oleh Patih Sawunggaling di wilayah Teluk Terima. “Nah
                  di areal inilah diyakini kuburan beliau,” jelasnya






                                                           20
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25