Page 100 - modul Pembelajaran Studi AGama kontemporer
P. 100

kedudukannya  diatas  Undang-Undang  dan  tidak  disentuh  hukum.  Seorang

                           khalifah harus tunduk kepada hukum-hukum Allah, setiap langkahnya diawasi
                           dan dikoreksi.

                                 Demikian pula hanya dengan sistem republik, yang tidak termasuk sistem
                           Islam. Sistem ini tidak diakui oleh Islam, baik yang berbentuk sistem republik

                           presidentil, seperti yang berlaku di Amerika Serikat, maupun sistem republik

                           parlementer, seperti yang berlaku di Jerman. Kedua sistem republik ini berdiri
                           atas  dasar  sistem  demokrasi  yang  kedaulatannya  berada  di  tangan  rakyat.

                           Sedangkan sistem khilafah berdiri atas dasar sistem Islam, yang kedaulatannya

                           berada  di  tangan  syara’.  Oleh  karena  itu,  seorang  khalifah  tidak  dapat
                           diberhentikan oleh umat, walaupun umat berhak untuk memilih dan mengawasi

                           serta  mengoreksinya.  Khalifah  diberhentikan  oleh  ketentuan  hukum  syara’,
                           yaitu jika menyalahi hukum syara’ yang jenis kesalahannya mengharuskan ia

                           diberhentikan. Pemberhentiannya dilakukan melalui Mahkamah Madzalim.
                           1.  Tugas dan Fungsi Khalīfaħ

                                     Manusia  dijadikan  khalīfaħ  di  muka  bumi  ini  antara  lain  untuk

                               memakmurkan  bumi.  Pernyataan  ini  banyak  sekali  kita  temui  dalam
                               penafsiran-penafsiran  mufassir  dalam  ayat  yang  peneliti  bahas.  Seperti

                               penapsiran  Quraish  Shihab  mengenai  surat  al-  A’raf  [7]  ayat  69,
                               “menjadikan  kamu  khalīfaħ-khalīfaħ”  yakni  pengganti-pengganti  yang

                               berkuasa  dan  yang  bertugas  memakmurkan  bumi.  Lebih  lanjut,  Quraish
                               Shihab menerangkan masih dalam menafsirkan ayat yang sama – kaum ‘Ᾱd

                               merupakan kaum yang dijadikan khalīfaħ oleh Allah. setelah kaum Nabī

                               Nūh terkena azab. Namun, Kekhalifahan dimaksud dapat dipahami dalam
                               arti  menggantikan  kaum  Nūẖ  dalam  memakmurkan  bumi,  dan  dengan

                               demikian kaum ‘Ad’ merupakan suku pertama yang membangun peradaban

                               manusia setelah terjadinya topan Nabī Nūẖ as Dalam menjalankan tugas
                               kekhalifahan di bumi.

                                     Allah menjadikan kedudukan manusia berbeda antara satu dan yang
                               lain.  Hal  ini  berkaitan  dengan  fungsinya  sebagai  khalīfaħ.  Sebagaimana

                               tafsiran Hamka (1983:164), dalam menafsirkan surat al-An’am (6) ayat 165,




                                                              96
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105