Page 269 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 APRIL 2021
P. 269

KEMNAKER PERTEGAS PEKERJA KONTRAK DAN OUTSOURCING JUGA BERHAK
              MENDAPAT THR
              Kemnaker Pertegas Pekerja Kontrak dan Outsourcing Juga Berhak Mendapat THR Kementerian
              Ketenagakerjaan  Republik  Indonesia  (Kemnaker  RI)  memastikan  pekerja  dengan  status
              outsourcing  (alih  daya),  kontrak  (PKWT)  ataupun  pekerja  tetap  (PKWTT)  berhak  menerima
              Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan. Pembayaran THR Keagamaan ini sesuai Surat Edaran
              (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/2021 tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR)
              Keagamaan Tahun 2021 bagi Pekerja atau Buruh di Perusahaan, pada prinsipnya mewajibkan
              pengusaha untuk memberi THR Keagamaan secara penuh kepada pekerja/buruhnya pada H-7
              Lebaran. Penegasan itu disampaikan seiring Lebaran yang makin dekat, pencairan THR 2021
              pun kian dinantikan para pekerja baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun buruh swasta.

              "THR Keagamaan wajib diberikan dalam bentuk uang rupiah dan paling lambat 7 hari sebelum
              hari raya keagamaan," ujar Dirjen Putri di kantor Kemnaker Jakarta, Pada Minggu, (25/04).

              Putri  memastikan  pekerja  dengan  status  outsourcing  (alih  daya),  kontrak  (PKWT)  ataupun
              pekerja tetap (PKWTT) berhak menerima THR Keagamaan. Artinya, THR pekerja kontrak dan
              outsourcing tahun 2021 wajib dibayar para pengusaha atau perusahaan. "THR wajib dibayar
              penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR tidak ada perbedaan status kerja" tegas Putri
              "Para pekerja outsourcing maupun pekerja kontrak, asalkan telah bekerja selama 1 bulan atau
              lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung, maka berhak
              mendapatkan THR juga," sambungnya.

              Pada prinsipnya, SE ini mewajibkan pengusaha untuk memberi THR Keagamaan secara penuh
              kepada pekerja/buruhnya pada H-7 Lebaran. "THR Keagamaan wajib diberikan dalam bentuk
              uang rupiah dan paling lambat 7 hari sebelum hari raya keagamaan," jelas Putri.

              Putri lantas menyampaikan rincian siapa saja yang berhak dapat THR 2021. Dikatakan, THR 2021
              cair  untuk  tiga  jenis  pekerja/buruh  yang  berhak  memperoleh  THR  Keagamaan.  Pertama,
              pekerja/buruh berdasarkan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) atau PKWTT (Perjanjian
              Kerja Waktu Tidak Tertentu) yang memiliki masa kerja 1 bulan secara menerus atau lebih.

              Kedua, pekerja/buruh berdasarkan PKWTT yang mengalami PHK oleh pengusaha terhitung sejak
              H-30 hari sebelum hari raya keagamaan. Ketiga, pekerja/buruh yang dipindahkan ke perusahaan
              lain dengan masa kerja berlanjut, apabila dari perusahaan lama belum mendapatkan THR.
              "THR wajib dibayar penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR tidak ada perbedaan status
              kerja. Para pekerja outsourcing maupun pekerja kontrak, asalkan telah bekerja selama 1 bulan
              atau lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung, maka
              berhak mendapatkan THR juga," ujar Putri.

              Adapun Ketentuan besarnya THR berdasarkan peraturan THR Keagamaan adalah 1 bulan upah
              untuk pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus menerus atau lebih,
              sedangkan pekerja/buruh yang masa kerjanya 1 bulan secara terus menerus sampai dengan
              kurang dari 12 bulan, berhak mendapat THR yang dihitung secara proporsional sesuai masa
              kerjanya.

              Penghitungan upah sebulan yakni upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih (clean
              wages); atau upah pokok termasuk tunjangan tetap. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan
              tunjangan  tidak  tetap  maka  perhitungan  THR  dihitung  berdasarkan  upah  pokok.  Sedangkan
              pekerja/buruh  yang  bekerja  berdasarkan  perjanjian  kerja  harian,  upah  satu  bulan  dihitung
              melalui  dua  ketentuan.  Yakni  memiliki  masa  kerja  12  bulan  atau  lebih  (rata-rata  upah  yang
              diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya) dan masa kerja kurang dari 12 bulan (rata-
              rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja). SA.

                                                           268
   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273   274