Page 32 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 JANUARI 2021
P. 32

"Berdasarkan  perhitungan  Badan  Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia  [BP2MI],  pekerja
              migran Indonesia jumlahnya 2 kali dari jumlah yang bekerja di suatu negara," ujar Anis kepada,
              Selasa (5/1/2020).

              Berdasarkan data terakhir BP2MI, jumlah PMI yang ditempatkan di luar negeri periode Januari -
              November 2020 sebanyak 10.395, nyaris setengah lebih sedikit dibandingkan dengan periode
              yang  sama  tahun  sebelumnya.  Hong  Kong  dan  Taiwan  menjadi  negara  dengan  jumlah
              penempatan tertinggi, masing-masing 5.775 dan 4.160 PMI.

              Belum pulihnya pasar kerja Tanah Air pada 2021 ini, dinilai menjadi pemicu utama terjadinya
              penempatan PMI tanpa dokumen. Menurut perkiraan Migrant Care, pengiriman PMI pada 2021
              meningkat 30-40 persen dengan total sekitar 16.000 pekerja.

              Namun demikian, Anis menilai Indonesia masih akan kesulitan mencari negara-negara tujuan
              untuk  melakukan  penempatan  karena  belum  adanya  kejelasan  terkait  dengan  berakhirnya
              pandemi Covid-19.
              "Upaya pemerintah untuk melakukan penempatan akan sangat terbatas. Tawaran orang bekerja
              ke luar negeri memang besar dan minatnya makin tinggi. Namun, akses untuk pasar kerja global
              terbatas," tambah Anis.

              Kondisi  tersebut  dinilai  olehnya  menjadi  peluang  bagi  sindikatillegal  human  traffickinguntuk
              semakin  intensif  dalam  melakukan  perekrutan  dalam  jumlah  besar  dengan  barbagai  modus
              untuk mengirimkan pekerja migran ke luar negeri.

              Sementara itu, upaya yang dilakukan oleh sejauh ini dinilai belum maksimal. Perihal PMI belum
              dibahas secara lintas sektor kementerian/lembaga yang berkepentingan.

              Selain  itu,  pemerintah  diminta  dapat  mengambil  kebijakan  pelindungan  PMI,  mulai  dari
              pelindungan di aspek kesehatan hingga pelindungan yang berkaitan dengan hak profesi serta
              hak asasi manusia (HAM).

              Dari segi regulasi, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran
              dinilai sudah berada di posisi yang paling maju karena mengadopsi aspek-aspek dari konvensi
              pekerja migran, salah satunya pelindungan pekerja perempuan.

              Namun demikian, masa transisi undang-undang tersebut berlarut-larut selama 3 tahun terakhir
              dan beberapa instrumen seperti badan layanan publik di masing-masing negara penempatan
              juga belum ada sampai dengan saat ini.


























                                                           31
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37