Page 363 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 OKTOBER 2021
P. 363

Judul               Kawal Penetapan Upah Minimum 2022, Buruh Jabar akan Gelar Aksi
                                    Besar-besaran
                Nama Media          jabar.suara.com
                Newstrend           Upah Minimum 2022
                Halaman/URL         https://jabar.suara.com/read/2021/10/15/174243/kawal-penetapan-
                                    upah-minimum-2022-buruh-jabar-akan-gelar-aksi-besar-besaran
                Jurnalis            Ari Syahril Ramadhan
                Tanggal             2021-10-15 17:42:00
                Ukuran              0
                Warna               Warna
                AD Value            Rp 17.500.000
                News Value          Rp 52.500.000
                Kategori            Ditjen PHI & Jamsos
                Layanan             Korporasi
                Sentimen            Negatif

              Ringkasan

              Jelang penetapan upah minimum provinsi ( UMP ) dan upah minimum kota/kabupaten ( UMK )
              pada November mendatang, kalangan buruh pun mulai menyuarakan tuntutan perihal kenaikan
              upah. Serikat Buruh Seluruh Indonesia 92 ( SBSI 92 ) misalnya, Ketua DPD SBSI 92 Jawa Barat,
              Ajat Sudrajat menegaskan, target minimal tuntutan kenaikan upah adalah 6,5 persen untuk UMP.
              Sementara, untuk UMK lebih bervariasi, di kisaran 10 persen.


              KAWAL PENETAPAN UPAH MINIMUM 2022, BURUH JABAR AKAN GELAR AKSI
              BESAR-BESARAN

              SuaraJabar.id  -  Jelang  penetapan  upah  minimum  provinsi  (  UMP  )  dan  upah  minimum
              kota/kabupaten ( UMK ) pada November mendatang, kalangan buruh pun mulai menyuarakan
              tuntutan perihal kenaikan upah.

              Serikat Buruh Seluruh Indonesia 92 ( SBSI 92 ) misalnya, Ketua DPD SBSI 92 Jawa Barat , Ajat
              Sudrajat menegaskan, target minimal tuntutan kenaikan upah adalah 6,5 persen untuk UMP.
              Sementara, untuk UMK lebih bervariasi, di kisaran 10 persen.
              "Kita  punya  target  minimal,  sekurang-kurangnya  di  angka  6,5  persen  itu  berdasarkan  laju
              pertumbuhan kuartal tiga. Logis, kalau di nasional kan sudah di angka 7 sekian. Untuk daerah-
              daerah di kota kabupaten variatif ada yang 10 persen," kata saat dihubungi Suara.com, Jumat
              (15/10/2021).
              "Ingat ini minimum, ya. Soalnya, fakta di lapangan mininum itu malah jadi suka jadi maksimum,"
              tegas  Ajat.  Ajat  mengatakan,  penetapan  UMP  itu  akan  jatuh  pada  tanggal  20  November
              mendatang. Sementara, untuk UMK pada tanggal 30 November. Tanggal tersebut merujuk pada
              Peraturan  Pemerintah  (PP)  Nomor  36  tentang  pengupahan  ,  sebagai  aturan  turunan  dari
              Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 Cipta Kerja (Omnibus law).

              "Dulu ketika masih UMP itu di 1 Oktober sementara UMK di tanggal 20-21 November," jelasnya.

              "Kami mengarahkan untuk di daerah dulu yang dimaksimalkan, jangan dulu dibawa ke provinsi,"
              tegasnya. Pada dasarnya, lanjut Ajat, SBSI '92 menolak formulasi PP yang baru itu. Alasannya,
              tidak  ada  kepastian  penetapan  UMK.  Dalam  regulasi  tersebut,  Ajat  menilai,  penetapan  UMP
              bersifat wajib, tapi untuk UMK hanya bersifat 'dapat'.




                                                           362
   358   359   360   361   362   363   364   365   366   367   368