Page 85 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 NOVEMBER 2020
P. 85
Sebagaimana prediksi, pandemi Covid-19 telah mengubah kondisi ketenagakerjaan di banyak
negara di dunia, termasuk di Indonesia. Survei terbaru oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan
perubahan tersebut.
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional per Agustus 2020, yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS),
Kamis (5/11/2020), menunjukkan, porsi jumlah pekerja formal menurun dari 44,12 persen pada
Agustus 2019 menjadi 39,53 persen pada Agustus 2020 atau 50,77 juta orang dari total 128,45
juta penduduk yang bekerja.
Sebaliknya, porsi pekerja informal melonjak dari 55,88 persen menjadi 60,47 persen atau 77,68
juta orang pada kurun yang sama. "Peningkatan paling banyak di sektor informal ini ada pada
mereka yang berstatus pekerja keluarga atau pekerja yang tidak dibayar," kata Kepala BPS
Suhariyanto, Kamis.
Sebagai catatan, pekerja formal adalah buruh, pegawai, dan karyawan, serta masyarakat yang
berusaha dengan dibantu buruh tetap. Sementara pekerja informal adalah mereka yang
berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas, atau pekerja yang tidak
dibayar karena bekerja dengan keluarga sendiri.
Suhariyanto menambahkan, pandemi berdampak luar biasa di sektor ketenagakerjaan. Selain
banyak pekerja yang bergeser dari formal ke informal, semakin banyak pula pekerja berstatus
tidak penuh yang berstatus setengah pengangguran serta pekerja paruh waktu.
Per Agustus 2020, pekerja penuh, yakni mereka yang bekerja minimal 35 jam per minggu,
menurun dari 71,04 persen menjadi 63,85 persen dari total penduduk bekerja. Sementara
pekerja setengah pengangguran meningkat cukup tajam, yakni dari 6,42 persen menjadi 10,19
persen, dan pekerja paruh waktu meningkat dari 22,54 persen menjadi 25,96 persen.
Pergeseran struktur ketenagakerjaan ini sejalan dengan prediksi Organisasi Buruh Internasional
(ILO) pada Mei 2020 bahwa pandemi yang memukul ekonomi global akan menggeser struktur
ketenagakerjaan dalam jangka panjang, yakni dari sektor formal menuju informal.
ILO memproyeksikan, pekerja informal, yang bergantung pada pendapatan harian, mendapat
pukulan paling keras. Pekerja terdampak tidak punya pilihan di tengah minimnya lowongan kerja
dan persaingan pasar tenaga kerja yang kian kompetitif. Situasi ini diproyeksikan banyak terjadi
di negara berkembang yang sistem jaring pengaman sosialnya lemah.
Perlindungan
Secara keseluruhan, BPS mencatat, 29,12 juta orang atau 14,28 persen dari 203,97 juta
penduduk usia kerja terdampak Covid-19. Orang yang menganggur akibat Covid-19 jumlahnya
2,56 juta orang sehingga menambah angka pengangguran per Agustus 2020 menjadi 9,77 juta
orang.
Direktur Eksekutif Center for Reform on Economics Indonesia Mohammad Faisal berpendapat,
peningkatan pekerja informal ini merupakan dampak dari banyaknya pekerja formal yang
kehilangan pekerjaan. "Ada yang akhirnya menganggur, ada yang akhirnya menjadi pekerja
informal. Ini konsekuensi logis dari dampak pandemi," katanya.
Seiring peningkatan jumlah pekerja informal, perlindungan terhadap mereka harus ditingkatkan.
Selama ini, pekerja informal kerap tidak tersentuh bantuan akibat minimnya jaminan
perlindungan sosial serta buruknya pendataan pekerja sektor informal.
Menurut Faisal, dalam jangka pendek, khususnya selama pandemi, pemerintah perlu
meningkatkan bantuan bagi pekerja informal. Selama ini, bantuan lebih banyak diarahkan untuk
pekerja formal yang terdaftar di BP Jamsostek, seperti pada program subsidi upah.
84