Page 398 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 398

Ringkasan

              Presiden KSPI Said Iqbal/Net Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) bersama sejumlah
              elemen buruh Indonesia lainnya tetap tegas menyatakan menolak dan meminta agar UU Cipta
              Kerja (Ciptaker) dibatalkan atau dicabut. UU Ciptaker telah resmi berlaku setelah diundangkan
              dengan nomor 11/2020.

              "Setelah  kami  pelajari,  isi  UU  tersebut  khususnya,  terkait  klaster  ketenagakerjaan  hampir
              seluruhnya merugikan kaum buruh," tegas Presiden KSPI Said Iqbal kepada wartawan, Selasa
              (3/11).



              KSPI NGOTOT MINTA UU CIPTAKER DICABUT, INI ALASANNYA

              Presiden KSPI Said Iqbal/Net Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) bersama sejumlah
              elemen buruh Indonesia lainnya tetap tegas menyatakan menolak dan meminta agar UU Cipta
              Kerja (Ciptaker) dibatalkan atau dicabut. UU Ciptaker telah resmi berlaku setelah diundangkan
              dengan nomor 11/2020.

              Berita terkait Tolak Surat Edaran Menaker, KSPI Aceh Desak Gubernur Naikkan UMP 2021 Tolak
              SE Menaker Soal Upah Minimum 2021, KSPI Dan FSPMI Ancam Lakukan Mogok Kerja Nasional
              Perlawanan Buruh Akan Makin Menguat Bila Upah 2021 Tak Dinaikkan

              "Setelah  kami  pelajari,  isi  UU  tersebut  khususnya,  terkait  klaster  ketenagakerjaan  hampir
              seluruhnya merugikan kaum buruh," tegas Presiden KSPI Said Iqbal kepada wartawan, Selasa
              (3/11).

              Berdasarkan kajian dan analisa yang dilakukan KSPI, ditemukan banyak pasal yang merugikan
              kaum buruh di klaster ketenagakerjaan. Beberapa pasal tersebut antara lain soal berlakunya
              kembali sistem upah murah Hal ini, kata Said Iqbal, terlihat dengan adanya sisipan Pasal 88C
              Ayat (1) yang menyebutkan gubernur wajib menetapkan upah minimum provinsi dan Pasal 88C
              Ayat (2) yang menyebutkan gubernur dapat menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan
              syarat tertentu.

              Penggunaan  frasa  "dapat"  dalam  penetapan  upah  minimum  kabupaten/kota  (UMK)  sangat
              merugikan  buruh.  Karena  penetapan  UMK  bukan  kewajiban,  bisa  saja  gubernur  tidak
              menetapkan UMK. Hal ini akan mengakibatkan upah murah.
              "Kita ambil contoh di Jawa Barat. Untuk tahun 2019, UMP Jawa Barat sebesar 1,8 juta. Sedang
              UMK Bekasi sebesar 4,2 juta. JIka hanya ditetapkan UMP, maka nilai upah minimum di Bekasi
              akan turun," tuturnya.

              Dengan kata lain, sambung Said Iqbal, berlakunya UU Cipta Kerja mengembalikan kepada rezim
              upah murah. Hal yang sangat kontradiktif, apalagi Indonesia sudah lebih dari 75 tahun merdeka.
              Apalagi ditambah dengan dihilangkan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi
              atau kabupaten/kota (UMSK dan UMSP), karena UU No 11 Tahun 2020 menghapus Pasal 89 UU
              No 13 Tahun 2003.

              Dihilangkannya  UMSK  dan  UMSP  sangat  jelas  sekali  menyebabkan  ketidakadilan.  Bagaimana
              mungkin sektor industri otomotip seperti Toyota, Astra, dan lain-lain atau sektor pertambangan
              seperti Freeport, Nikel di Morowali dan lain-lain, nilai Upah Minimum nya sama dengan perusahan
              baju atau perusahaan kerupuk. Itulah sebabnya, di seluruh dunia ada Upah Minimum Sektoral
              yang berlaku sesuai kontribusi nilai tambah tiap-tiap industri terhadap PDP negara.




                                                           397
   393   394   395   396   397   398   399   400   401   402   403