Page 407 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 407

Ringkasan

              Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meneken UU Omnibus Law Cipta Kerja. UU tersebut diberi
              nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)
              Said  Iqbal,  mengatakan  bersama  buruh  Indonesia  secara  tegas  menyatakan  menolak  dan
              meminta agar undang-undang tersebut dibatalkan atau dicabut. Menurut kajian dan analisa yang
              dilakukan KSPI secara cepat setelah menerima salinan UU Nomor 11 Tahun 2020 khususnya
              klaster ketenagakerjaan, ditemukan banyak pasal yang merugikan kaum buruh.



              BURUH MINTA UU NOMOR 11 CIPTA KERJA DICABUT

              Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meneken UU Omnibus Law Cipta Kerja. UU tersebut diberi
              nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)
              Said  Iqbal,  mengatakan  bersama  buruh  Indonesia  secara  tegas  menyatakan  menolak  dan
              meminta agar undang-undang tersebut dibatalkan atau dicabut.

              "Setelah kami pelajari, isi undang-undang tersebut, khususnya terkait klaster ketenagakerjaan
              hampir seluruhnya merugikan kaum buruh," kata Said Iqbal, Selasa (3/11).

              Menurut  kajian  dan  analisa  yang  dilakukan  KSPI  secara  cepat  setelah  menerima  salinan  UU
              Nomor  11  Tahun  2020  khususnya  klaster  ketenagakerjaan,  ditemukan  banyak  pasal  yang
              merugikan kaum buruh. Beberapa pasal tersebut antara lain: Berlakunya Kembali Sistem Upah
              Murah. Hal ini terlihat dengan adanya sisipan Pasal 88C Ayat (1) yang menyebutkan gubernur
              wajib menetapkan upah minimum provinsi dan Pasal 88C Ayat (2) yang menyebutkan gubernur
              dapat menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu.

              Penggunaan  frasa  'dapat'  dalam  penetapan  upah  minimum  kabupaten/kota  (UMK)  sangat
              merugikan  buruh.  Karena  penetapan  UMK  bukan  kewajiban,  bisa  saja  gubernur  tidak
              menetapkan UMK. Hal ini akan mengakibatkan upah murah. Kita ambil contoh di Jawa Barat.
              Untuk tahun 2019, UMP Jawa Barat sebesar 1,8 juta. Sedang UMK Bekasi sebesar 4,2 juta. Jika
              hanya ditetapkan UMP, maka nilai upah minimum di Bekasi akan turun.

              Dengan kata lain, berlakunya UU Cipta Kerja mengembalikan kepada rezim upah murah. Hal
              yang sangat kontradiktif, apalagi Indonesia sudah lebih dari 75 tahun merdeka. Apalagi ditambah
              dengan  dihilangkan  upah  minimum  berdasarkan  sektor  pada  wilayah  provinsi  atau
              kabupaten/kota (UMSK dan UMSP), karena UU No 11 Tahun 2020 menghapus Pasal 89 UU No
              13 Tahun 2003.

              Dihilangkannya  UMSK  dan  UMSP  sangat  jelas  sekali  menyebabkan  ketidakadilan.  Bagaimana
              mungkin sektor industri otomotif seperti Toyota, Astra, dan lain-lain atau sektor pertambangan
              seperti Freeport, Nikel di Morowali dan lain-lain, nilai Upah Minimum nya sama dengan perusahan
              baju atau perusahaan kerupuk. Itulah sebabnya, di seluruh dunia ada Upah Minimum Sektoral
              yang berlaku sesuai kontribusi nilai tambah tiap-tiap industri terhadap PDP negara.

              Oleh karena itu KSPI meminta agar upah minimum kabupaten/kota (UMK), harus tetap ada tanpa
              syarat  dan  upah  minimum  sektoral  kabupaten/kota  (UMSK)  serta  upah  minimum  sektoral
              provinsi (UMSP) tidak boleh dhilangkan.
              "Jika ini terjadi, maka akan berakibat tidak ada income security (kepastian pendapatan) akibat
              berlakunya upah murah," katanya.

              PKWT atau Karyawan Kontrak Seumur Hidup. UU Nomor 11 Tahun 2020 menghilangkan periode
              batas  waktu  kontrak  yang  terdapat  di  dalam  Pasal  59  UU  No  13  Tahun  2003.  Akibatnya,


                                                           406
   402   403   404   405   406   407   408   409   410   411   412