Page 600 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 APRIL 2021
P. 600

KEMNAKER : PEKERJA KONTRAK DAN OUTSOURCING TETAP BERHAK TERIMA THR

              JAKARTA, LINDO - Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga
              Kerja (Dirjen PHI dan Jamsos) Kementerian Ketengakerjaan (Kemnaker), Indah Anggoro Putri
              memastikan, pekerja dengan status outsourcing (alih daya), kontrak (PKWT) ataupun pekerja
              tetap (PKWTT), berhak menerima Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan.

              Pembayaran THR Keagamaan ini sesuai Surat Edaran (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/2021 tentang
              Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Tahun 2021 bagi Pekerja/Buruh
              di Perusahaan. Pada prinsipnya, SE inj mewajibkan pengusaha untuk memberi THR Keagamaan
              secara penuh kepada pekerja/buruhnya pada H-7 Lebaran.

              "THR Keagamaan wajib diberikan dalam bentuk uang rupiah dan paling lambat 7 hari sebelum
              hari raya keagamaan," kata Putri di kantor Kemnaker, Jakarta, Minggu (25/4/21).

              Dijelaskan Dirjen Putri, ada tiga jenis pekerja/buruh yang berhak memperoleh THR Keagamaan.
              Pertama,  pekerja/buruh  berdasarkan  PKWT  (Perjanjian  Kerja  Waktu  Tertentu)  atau  PKWTT
              (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) yang memiliki masa kerja 1 bulan secara menerus atau
              lebih. Kedua, pekerja/buruh berdasarkan PKWTT yang mengalami PHK oleh pengusaha terhitung
              sejak  H-30  hari  sebelum  hari  raya  keagamaan.  Ketiga,  pekerja/buruh  yang  dipindahkan  ke
              perusahaan lain dengan masa kerja berlanjut, apabila dari perusahaan lama belum mendapatkan
              THR.

              "THR wajib dibayar penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR tidak ada perbedaan status
              kerja. Para pekerja outsourcing maupun pekerja kontrak, asalkan telah bekerja selama 1 bulan
              atau lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung, maka
              berhak mendapatkan THR juga," jelas Putri.

              Ketentuan besarnya THR lanjutnya, berdasarkan peraturan THR Keagamaan adalah 1 bulan upah
              untuk pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus menerus atau lebih,
              sedangkan pekerja/buruh yang masa kerjanya 1 bulan secara terus menerus sampai dengan
              kurang dari 12 bulan, berhak mendapat THR yang dihitung secara proporsional sesuai masa
              kerjanya.

              Penghitungan upah sebulan, yakni upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih (clean
              wages) atau upah pokok termasuk tunjangan tetap. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan
              tunjangan tidak tetap maka perhitungan THR dihitung berdasarkan upah pokok.

              “Dari  perhitungan  upah  tersebut,  tidak  menutup  kemungkinan  perusahaan  juga  dapat
              memberikan  THR yang nilainya  lebih  besar dari  peraturan perundang-undangan,  dimana  hal
              tersebut  terlebih  dahulu  ditetapkan  dalam  perjanjian  kerja,  peraturan  perusahaan  atau
              perjanjian  kerja  bersama  atau  kebiasaan  yang  selama  ini  memang  telah  dilakukan  oleh
              perusahaan," ujar Putri.

              Sedangkan pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian tambahnya, upah
              satu bulan dihitung melalui dua ketentuan. Yakni memiliki masa kerja 12 bulan atau lebih (rata-
              rata upah yang diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya) dan masa kerja kurang dari
              12 bulan (rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja). (ARMAN R)











                                                           599
   595   596   597   598   599   600   601   602   603   604   605