Page 24 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 DESEMBER 2018
P. 24
(KTKLN) sehingga mengalami kasus overstay yang berdampak pada hilangnya hak
perlindungan dari asuransi yang diikutinya.
Kasus TKI overstay di luar negeri tersebut bukan sepenuhnya kesalahan TKI. Banyak
kasus juga terjadi akibat TKI dipermainkan perusahaan penyalur, mulai dari aksi
penipuan hingga penahanan dokumen TKI. Dampaknya, TKI tersebut tidak bisa
mengurus perpanjangan izin tinggal. Fatalnya lagi, hak-hak perlindungan (asuransi)
TKI tersebut gugur karena kasus overstay.
Sri menyontohkan kasus Sugiyati, warga Pundak, Nanggulan, Kulonprogo yang
meninggal akibat sakit kanker servik di Hongkong pada November 2018. Sugiyati
berangkat (resmi) ke Hongkong pada 2008 lalu melalui PT Sukses Mandiri Utama,
tetapi belum pernah memproses KTKLN. Akibatnya, ia sejak 2011 termasuk TKI yang
overstay di Hongkong.
"Karena overstay dia tidak memiliki asuransi dan perlindungan," terang Sri.
Meski begitu, katanya, pemerintah menanggung seluruh biaya pemulangan jenazah
sampai ke rumah duka. Terkait kasus ini, Pemkab Kulonprogo berjanji akan
membantu keluarga tak berada ini. Bahkan anak semata wayang Sugiyati, juga akan
ikutkan program pelatihanan housekeeping bekerja sama dengan PT Angkasa Pura
Support.
"Anak almarhumah baru lulus SMK Negeri Nanggulan Jurusan Teknik Mesin, jadi bisa
ikut program housekeeping," kata Camat Nanggulan, Duana Heru Supriyanto.
Kasus lainnya yang diterima BP3TKI DIY adalah Sumirat, TKI asal warga
Selomartani, Kalasan, Sleman yang mengalamai depresi di Malaysia. Sumirat
sebelumnya bekerja di sebuah perusahaan di wilayah Penang Malaysia. Berdasarkan
laporan yang diterima BP3TKI DIY, Sumirat pertama kali masuk sebagai TKI sejak
2010 lalu melalui jalur resmi (perusahaan penyalur). Ia terikat kontrak selama dua
tahun hingga 2012 lalu.
"Usai kontrak, Sumirat kemudian mengambil cuti, pulang kampung," jelas Sri.
Seusai menunaikan kontrak kerja, pada 2013 lalu perempuan kelahiran 1991 lalu itu
kembali masuk ke Malaysia melalui jalur mandiri. Selama 2013 hingga 2015 ia
berkerja di perusahaan elektronik di Penang. Tahun 2015, Sumirat resign dari
perusahaan. Sejak itu, nasib Sumirat tidak diketahui dan baru terdeteksi September
lalu.
"Saat ini masih depresi dan sedang diobati. Kalau sudah selesai pengobatannya,
akan kami pulangkan," katanya.
Diakui Ainul, hingga kini belum seluruhnya para PMI asal DIY mengikuti program
perlindungan ketenagakerjaan bukan tanpa alasan. Selain program ini baru berjalan
Page 23 of 66.