Page 67 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 DESEMBER 2020
P. 67

KENA PHK SEPIHAK, HAK DIBERANGUS, PEKERJA PABRIK TEH DEMO

              Puluhan pekerja PT Duta Serpack Inti (DSI), Kabupaten Tegal, Jawa Tengah menggelar unjuk
              rasa, Senin (30/11). Mereka memprotes tindakan manajemen perusahaan yang melakukan PHK
              sepihak dan tidak memberikan hak-hak pekerja.

              Unjuk rasa tersebut digelar di depan pabrik PT DSI di Jalan Raya Banjaran-Adiwerna dan Gedung
              DPRD  Kabupaten  Tegal.  Pekerja  yang  berunjuk  rasa  membentangkan  sejumlah  poster  dan
              spanduk bertuliskan tuntutan, di antaranya "Tolak PHK Sepihak", "Stop Union Busting Terhadap
              Pengurus Serikat Pekerja", dan "Berikan Hak Cuti Hamil".

              Selain itu, dalam unjuk rasa yang mendapat pengamanan dari aparat kepolisian itu, sejumlah
              pekerja dan pengurus Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) juga melakukan
              orasi.

              Ketua KSPSI Kabupaten Tegal, Imam Wahyudin mengatakan, PT DSI melakukan praktik union
              busting terhadap 19 pekerjanya. Mereka di-PHK secara sepihak karena menjadi pengurus serikat
              pekerja.

              "Ada  19  pekerja  ikut  serikat  pekerja  di-PHK  sepihak  oleh  manajemen  PT  DSI.  Mereka  tak
              mendapat pesangon dan hanya diakui kerja selama dua tahu. Padahal mereka sudah kerja antara
              6 sampai 9 tahun," ujar Imam di sela unjuk rasa.

              Menurut  Imam,  tindakan  manajemen  perusahaan  yang  memproduksi  teh  celup  tersebut
              memberangus  hak  berserikat  para  pekerja.  Dia  menduga  hal  itu  dilakukan  agar  manajemen
              perusahaan  bisa  lebih  mudah  mengontrol  pekerjanya.  "Tindakan  union  busting  ini  melawan
              undang-undang," tandasnya.

              Selain melakukan PHK sepihak, perusahaan menurut Imam juga tidak memberikan hak cuti hamil
              kepada  pekerja  perempuan  yang  hamil,  tidak  membayar  kelebihan  jam  kerja,  dan  tidak
              membayar upah sesuai dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK).

              "Ibu-ibu yang hamil disarankan resign atau mengundurkan diri. Padahal sesuai undang-undang,
              pekerja yang hamil boleh cuti hamil, setelah itu boleh bekerja kembali. Kemudian upah juga
              tidak sesuai UMK Kabupaten Tegal sebesar Rp1,8 juta. Mereka hanya dapat Rp1,3 juta sampai
              1,5 juta, tapi pelaporan ke BPJS itu sesuai UMK," ujarnya.

              Imam meminta agar DPRD menindaklanjuti aspirasi dan tuntutan para pekerja yang di-PHK dan
              tidak  mendapatkan  hak-haknya  dengan  melakukan  mediasi  antara  pekerja  dan  manajemen
              perusahaan.

              "Kami minta kepastian hukum. Kalau memang di-PHK otomatis mereka harus mendapatkan hak-
              haknya sesuau konstitusi yang berlaku. Kalau bisa mereka dipertahankan sebagai karyawan di
              PT DSI," tandasnya.

              Sementara  itu,  PT  DSI  belum  memberi  tanggapan  terkait  unjuk  rasa  karyawannya  tersebut.
              Salah satu pimpinan di bagian HRD perusahaan saat coba dihubungi untuk dimintai tanggapan
              tak menjawab. Pesan singkat yang dikirimkan juga tidak mendapat respon.

              Reporter: Farid Firdaus Editor: Rohmat Haryadi.









                                                           66
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72