Page 69 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 DESEMBER 2020
P. 69
"Tidak menaikkan tarif cukai SKT merupakan perlindungan langsung terhadap SKT yang di
dalamnya terdapat pelinting dan petani tembakau," kata Ketua Umum AMTI Budidoyo dalam
keterangan di Jakarta, Senin (30/11).
Budidoyo menuturkan, serapan tenaga kerja di industri hasil tembakau khususnya sektor SKT
sangat tinggi di Indonesia dan didominasi oleh pekerja perempuan dengan latar belakang
ekonomi dan pendidikan yang rendah.
Ia menilai kondisi industri hasil tembakau saat ini juga sedang tidak baik-baik saja, mengingat
ada kenaikan cukai tahun ini yang ternyata berdampak buruk.
"Serapan tembakau atau cengkih menurun drastis dan terjadi juga penurunan produksi dan
penjualan rokok. Hal ini berdampak buruk pada kesejahteraan pelinting dan petani tembakau,"
ujar Budidoyo.
Selain itu, AMTI juga kembali mengingatkan pemerintah untuk menyelamatkan industri hasil
tembakau di segmen rokok mesin dari kenaikan cukai yang terlampau tinggi.
"Kenaikan cukai di rokok mesin sebaiknya disesuaikan dengan angka inflasi atau satu digit," kata
Budidoyo.
Menanggapi isu kenaikan cukai tembakau tersebut, anggota Komisi XI DPR RI M Sarmuji
mengatakan, kenaikan cukai jangan sampai menyebabkan ancaman serius pada industri rokok,
pekerja, dan petani tembakau.
"Jangan sampai telurnya diambil, bebeknya juga disembelih. Oleh karena itu kenaikan cukai
harus mempertimbangkan kemampuan industri hasil tembakau untuk bertahan," ujar Sarmuji.
Ia juga setuju bahwa segmen SKT harus mendapatkan kekhususan cukai, mengingat segmen
tersebut menyerap tenaga kerja sangat besar. Oleh sebab itu, ia memastikan bahwa DPR akan
memanggil pihak Bea Cukai untuk meminta penjelasan tentang cukai.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, pada 2019 serapan tenaga kerja di industri
hasil tembakaumencapai 4,28 juta pekerja di industri manufaktur dan distribusinya serta 1,7 juta
pekerja di perkebunan tembakau. (Antara).
68