Page 165 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 NOVEMBER 2021
P. 165

berdasarkan  Instruksi  Mendagri  Nomor  43  Tahun  2021,  Jawa  Timur  tidak  dapat  menerima
              langsung kedatangan Warga Negara Asing (WNA), termasuk kepulangan PMI.


              ALASAN JATIM BELUM SIAP BUKA PINTU KEPULANGAN PMI

              Provinsi  Jawa  Timur  menduduki  posisi  puncak  penempatan  Pekerja  Migran  Indonesia  (PMI)
              terbanyak periode 2018-2020. Hal itu diketahui berdasarkan Data Badan Pelindungan Pekerja
              Migran Indonesia (BP2MI).
              Meski  jumlah  PMI  asal  Jawa  Timur  merupakan  yang  terbesar,  namun  berdasarkan  Instruksi
              Mendagri Nomor 43 Tahun 2021, Jawa Timur tidak dapat menerima langsung kedatangan Warga
              Negara Asing (WNA), termasuk kepulangan PMI.

              "Sebenarnya  kami  di  Timwas  Perlindungan  Pekerja  Migran  Indonesia  (PPMI)  DPR  RI
              mengusulkan  tambahan  untuk  pintu  masuk  untuk  (kepulangan)  PMI.  Selama  ini  kan  untuk
              bandara baru Soekarno-Hatta sama Sam Ratulangi Manado dan (pelabuhan) laut ada beberapa
              titik.  Kami  mengusulkan  untuk  bandara  ditambah  yaitu  di  Lombok,  Juanda,  Kualanamu  dan
              Kepri,"  ungkap  Wakil  Ketua  Komisi  IX  DPR  RI  Nihayatul  Wafiroh  yang  memimpin  langsung
              kunjungan kerja Timwas PPMI DPR RI ke Surabaya, Jawa Timur, Rabu (3/11).

              "Hasil kunjungan kami ke Surabaya, mereka (Pemprov Jatim) menyatakan banyaknya kendala,
              salah satunya soal ketidaksanggupan mereka soal finansial. Itu karena kalau datang sekian ratus
              (kepulangan PMI) dan harus membiayai selama karantina dan tidak hanya sekadar menyediakan
              tempat dan itu dirasa memberatkan mereka," ungkap Ninik, sapaan akrab Nihayatul Wafiroh.

              Lebih  lanjut  Ninik  menyampaikan  Pemprov  Jatim  siap  menerima  kedatangan  WNA  dan
              kepulangan PMI, asalkan ada pembagian tugas yang jelas dengan pemerintah pusat. Ketika WNA
              dan PMI tiba di Jatim, maka yang meng-handle semua mulai dari PCR, penempatan karantina,
              hingga yang membiayai adalah pemerintah pusat. Sementara pemprov hanya akan mengurus
              persoalan jika ada WNA dan PMI yang sakit.

              "Ini (temuan yang) cukup mengejutkan. Jika dibandingkan dengan provinsi lain, Jawa Timur
              seharusnya lebih siap, namun memiliki kendala yang sama dengan daerah lain. Apalagi kemarin
              Jawa  Timur  masih  memiliki  tanggungan  pada  saat  Covid-19  tinggi  pada  BNPB  dan  ini  perlu
              disikapi bersama. Jika Jawa Timur saja tidak sanggup, bagaimana dengan provinsi lainya?" kata
              Ninik seolah bertanya.

              "Dan ini yang perlu diperjelas lagi dengan pemerintah pusat tentang pembagian tugas, serta
              pembagian  pembiayaanya,  seperti  apa.  Karena  kan  memang  kalau  di  Jakarta  dibiayai  oleh
              pemerintah pusat dan ini yang diminta dari Pemprov Jawa Timur. Mereka akan siap jika ada
              pembagian tugas yang jelas dari pemerintah pusat," jelas politisi Partai Kebangkitan Bangsa
              (PKB) itu.
              Berdasar data BP2MI pada 2020, jumlah PMI informal mencapai 28.885, sedangkan PMI formal
              8.446 orang. Hongkong, Taiwan dan Malaysia menjadi tiga negara tujuan penempatan yang
              utama.

              Menurut Kementerian Luar Negeri, sampai akhir tahun ini akan datang 70.000 PMI dari Malaysia
              yang akan pulang melalui jalur mandiri dan dekalibrasi. Belum lagi yang melalui proses deportasi
              sebanyak 5.172 (September 2021).

              (*).



                                                           164
   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170