Page 66 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 SEPTEMBER 2020
P. 66

neutral - Windu Purnomo (pakar epidemologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya) Tapi
              demokrasi dan hak asasi berupa kesehatan adalah dua sisi di satu mata uang, negara harus
              memenuhi hak ini.

              neutral  -  Windu  Purnomo  (pakar  epidemologi  dari  Universitas  Airlangga  (Unair)  Surabaya)
              Panggil semua pakar untuk duduk bersama stakeholder yang ada



              Ringkasan
              Pimpinan Pusat  Muhammadiyah  mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI untuk menunda
              pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 di tengah pandemi.



              MUHAMMADIYAH DESAK KPU TUNDA PILKADA SERENTAK 2020: KESELAMATAN
              MASYARAKAT JAUH LEBIH UTAMA
              Pimpinan Pusat  Muhammadiyah  mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI untuk menunda
              pelaksanaan  Pemilihan  Kepala  Daerah  (Pilkada)  Serentak  2020  di  tengah  pandemi.
              Muhammadiyah  menilai  kesehatan  dan  keselamatan  masyarakat  lebih  utama.  Hal  tersebut
              disampaikan  oleh  Sekretaris  Umum  PP    Muhammadiyah    Abdul  Mu'ti.  Pernyataan  pers  PP
              Muhammadiyah    tersebut  tertuang  dalam  surat  bernomor  20/PER/I.0/H/2020  tentang
              penanganan pandemi Covid-19.

              Abdul Mu'ti menyebut pandemi Covid-19 sudah menimbulkan banyak masalah di semua bidang.
              Selain  itu kondisi  ini  menimbulkan  masalah kemanusiaan  yang  serius  dengan  jumlah korban
              terus meningkat termasuk dari para tenaga kesehatan.

              "PP Muhammadiyah sangat prihatin dan khawatir dengan keadaan tersebut," ungkapnya melalui
              keterangan tertulis kepada  Tribunnews.com  , Selasa (22/9/2020).
              Pandangan  Epidemiolog  Soal  Pro  Kontra Penundaan  Pilkada  Serentak  2020    Muhammadiyah
              menilai pemerintah pusat dan daerah sudah bekerja keras menangani pandemi Covid-19. Akan
              tetapi belum ada hasil yang maksimal.

              "Selain  karena  kompleksitas  masalah,  kerja  dan  kinerja  pemerintah  perlu  ditingkatkan  dan
              diperbaiki terutama terkait dengan koordinasi antar instansi dan komunikasi publik."  "Lemahnya
              koordinasi dan komunikasi menimbulkan kegaduhan politik dan kontra produktif," imbuhnya.

              Berikut poin-poin utama pernyataan PP  Muhammadiyah  yang disampaikan Abdul Mu'ti :

              1.Meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk mengevaluasi secara menyeluruh penanganan
              Covid-19 dan jika diperlukan dapat mengambil alih dan memimpin langsung agar lebih efektif,
              terarah dan maksimal.

              2.Meminta kepada para elite politik baik dari jajaran partai politik maupun masyarakat agar tidak
              memanfaatkan Pandemi Covid-19 sebagai komoditas politik kekuasaan pribadi atau kelompok.

              3.Meminta kepada Dewan Perwakilan Rakyat agar menunda pembahasan rancangan undang-
              undang berpotensi menimbulkan kegaduhan termasuk RUU Omnibus Law atau Cipta Kerja.

              DPR  hendaknya  lebih  fokus  pada  pelaksanaan  fungsi  pengawasan  agar  penggunaan  dana
              penanganan  Pandemi  Covid-19  dipergunakan  dengan  baik,  benar  dan  dirasakan  langsung
              manfaatnya oleh masyarakat khususnya rakyat kecil yang paling terdampak oleh Pandemi Covid-
              19.

                                                           65
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71