Page 67 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 SEPTEMBER 2020
P. 67

4.Terkait  dengan  Pemilihan  Kepala  Daerah  (Pilkada)  tahun  2020,  PP    Muhammadiyah
              menghimbau Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk segera membahas secara khusus dengan
              Kementrian Dalam Negeri, DPR dan instansi terkait agar pelaksanaan Pilkada 2020 dapat ditinjau
              kembali jadwal pelaksanaannya maupun aturan kampanye yang melibatkan kerumunan massa.

              Bahkan, ditengah Pandemi Covid-19 dan demi keselamatan serta menjamin pelaksanaan yang
              berkualitas  KPU  hendaknya mempertimbangkan dengan seksama agar Pilkada 2020 ditunda
              pelaksanaannya sampai keadaan memungkinkan.

              Keselamatan  masyarakat  jauh  lebih  utama  dibandingkan  dengan  pelaksanaan  Pilkada  yang
              berpotensi menjadi kluster penularan Covid-19.
              5.Menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih disiplin mematuhi protokol kesehatan
              terhadap Covid-19 yang ditetapkan pemerintah serta membangun budaya hidup sehat dalam
              kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, tempat ibadah, instansi kerja dan sebagainya.

              Dukung Pilkada 9 Desember, Pimpinan DPR Minta Cakada Wajib Menjadi Influencer Protokol
              Kesehatan  Seluruh masyarakat hendaknya menjaga persatuan dan kerukunan dengan tidak
              memproduksi  dan  menyebarkan  informasi  hoaks  dan  provokatif  melalui  media  apapun
              khususnya media sosial.

              6.Kepada seluruh umat beragama, khususnya umat Islam agar senantiasa memanjatkan doa
              kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Pandemi Covid-19 segera berakhir.

              Para  tokoh  agama  perlu  terus  memandu  umat  agar  menjaga  persatuan  dan  tempat  ibadah
              sehingga tidak menjadi tempat kluster Covid-19. Pandangan Ahli Epidemiologi  Sementara itu
              pakar epidemologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dr Windu Purnomo, menilai ada
              dua opsi yang bisa diambil pemerintah. Opsi pertama, pemerintah menunda penyelenggaraan
              Pilkada.

              "Masih ada peluang Pilkada bisa ditunda, lewat Perppu atau instrumen hukum lain," ungkap
              Windu saat dihubungi  Tribunnews.com  , Senin (21/9/2020).

              Opsi kedua,  KPU  harus merombak aturan dalam proses Pilkada.

              "Kalau  belum  ada  keputusan  ditunda,  peraturan    KPU    harus  dirombak,  mengubah  seluruh
              peraturan, yang tatap muka diganti daring," ungkapnya.

              "Begitu ada pertemuan tatap muka maka sangat riskan, sebaiknya KPU memperbaiki, merevisi
              peraturan nggakpapa mumpung belum mulai," lanjutnya.

              Rapat Komisi II DPR Soal Pilkada Diawali Doa untuk Ketua dan Komisioner KPU yang Kena Covid
              Selain pertemuan tatap muka diganti virtual, Windu juga meminta agar  KPU  dan pemerintah
              membuat sistem pemungutan tidak hanya di TPS.

              "Kalau bisa ya jangan coblosan, bisa lewat pos atau bisa e-voting," ungkapnya.
              Windu menyebut Pilkada merupakan kegiatan demokrasi.


              "Tapi demokrasi dan hak asasi berupa kesehatan adalah dua sisi di satu mata uang, negara
              harus  memenuhi  hak  ini."    "Jangan sampai  karena  pemilu,  orang jadi  mati  karena  hak  atas
              kesehatan tak dilindungi," ungkapnya.

              Windu juga mendorong agar pemerintah dan seluruh stakeholder terkait untuk duduk bersama
              mengambil keputusan terbaik.

              "Panggil semua pakar untuk duduk bersama stakeholder yang ada," pungkasnya..

                                                           66
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72