Page 105 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 Maret 2021
P. 105

MENAKER IDA MINTA PENJELASAN TAIWAN SOAL KEBIJAKAN PENEMPATAN
              PEKERJA MIGRAN INDONESIA
              JAKARTA  -  Dalam  upaya  peningkatan  kerja  sama  ketenagakerjaan,  khususnya  bidang
              penempatan dan perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI), Menteri Ketenagakerjaan Ida
              Fauziyah,  melakukan  pertemuan  secara  daring  dengan  Otoritas  Taiwan,  yang  dalam  hal  ini
              diwakili oleh Kepala Kantor Taipei Economic and Trade Office in Jakarta (TETO Jakarta), Jon
              C.Chen, Kamis (18/3/2021).

              Langkah Menaker Ida menemui Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei dimaksudkan untuk
              meminta kejelasan dan sekaligus membahas rencana penempatan kembali PMI ke Taiwan. Sejak
              Desember 2020, pihak otoritas Taiwan telah mengeluarkan kebijakan penghentian sementara
              untuk penempatan PMI akibat ditemukannya sejumlah PMI yang positif Covid-19.

              Terkait  hal  ini,  pihak  Otoritas  Taiwan  meminta  Pemerintah  Indonesia  melakukan  supervisi
              terhadap Perusahaan Penempatan PMI (P3MI) yang telah menempatkan PMI terjangkit Covid-
              19. Merespons hal ini, Tim Evaluasi, yang keanggotaannya terdiri dari Kemnaker, Kemenkes, dan
              Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) langsung melakukan supervisi terhadap
              14 P3MI yang diduga telah menempatkan PMI tersebut.

              "Hasil  supervisi  telah  kita  sampaikan  kepada  pihak  Otoritas  Taiwan.  Oleh  karenanya,  dalam
              pertemuan ini kita ingin mendapatkan kejelasan dan tanggapan, serta tindak lanjut dari Otoritas
              Taiwan atas hasil supervisi dimaksud," tegas Menaker Ida.

              Aturan THR Pekerja Swasta Keluar Pertengahan Puasa Kapan THR untuk Pekerja Swasta Cair ?
              Kemnaker Kasih Jawaban Ini Masih soal penempatan PMI, kepada Jon C. Chen, Menaker Ida
              juga  ingin  memperoleh  informasi  terkait  sikap  pihak  Taiwan  terhadap  penetapan  Peraturan
              Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pembebasan Biaya
              Penempatan. "Sebagai pembuat kebijakan atau regulator, kami ingin agar kebijakan yang kami
              keluarkan adalah tepat dan applicable/sesuai dengan kondisi yang ada," katanya.

              Berkenaan hal tersebut, Menaker mengusulkan agar pemerintah Indonesia dan Taiwan duduk
              bersama untuk menyikapi calon PMI yang telah memiliki visa (sebelum terkena kebijakan zero
              cost) dan calon PMI yang belum memiliki visa pasca dikeluarkannya kebijakan zero cost.

              Dalam  pertemuan  yang  dilakukan  secara  daring  ini,  Menaker  Ida  juga  menanyakan
              permasalahan sekitar 400 awak kapal Indonesia yang bekerja pada kapal-kapal non-Taiwan yang
              stranded (terdampar) di perairan Taiwan. Ke-400 awal kapal tersebut hingga kini belum dapat
              pulang ke Tanah Air, dikarenakan belum adanya izin otoritas berwenang di Taiwan untuk sign
              off (keluar) dari Taiwan.

              Menaker  Ida  Fauziyah  menambahkan,  Pemerintah  Indonesia  sangat  menaruh  perhatian
              terhadap kasus-kasus awal kapal Indonesia di luar negeri dan berharap permasalahan ini dapat
              diselesaikan secepatnya. "Saya meminta kejelasan dan kepastian tentang kapan izin sign off
              dapat diberikan, mengingat kondisi para awak kapal tersebut sudah sangat rentan secara mental
              maupun fisik," katanya.

              "Atas  dasar  kemanusiaan  dan  guna  menghindari  hal-hal  yang  dapat  merugikan,  Pemerintah
              Indonesia sangat berharap otoritas Taiwan dapat segera mengeluarkan izin sign off terhadap
              awak kapal Indonesia yang stranded di Taiwan," ujarnya.
              Berdasarkan data Kemnaker, saat ini PMI yang bekerja di Taiwan berjumlah sekitar 265.000
              orang. Jumlah ini adalah yang terbesar ke dua, setelah Malaysia. "Jumlah yang sangat besar
              tersebut tentu tidak terlepas dari baiknya perlindungan dan kesejahteraan yang diterima oleh
              para PMI di Taiwan," kata Ida Fauziyah.


                                                           104
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110