Page 257 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 JULI 2021
P. 257

Ringkasan

              Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah menyikapi serius ancaman
              buruh  yang  akan  mogok  kerja  pada  5  Agustus  nanti.  LaNyalla  berharap  pemerintah  bisa
              mengakomodir  keluhan  para  buruh.  Tidak  itu  saja,  LaNyalla  menilai  aksi  mogok  dapat
              mengancam  perekonomian  nasional.  Karena  produktivitas  industri  akan  terganggu,  bahkan
              berhenti.



              HADAPI ANCAMAN MOGOK, KETUA DPD RI MINTA PEMERINTAH AKOMODIR
              KELUHAN BURUH

              Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah menyikapi serius ancaman
              buruh  yang  akan  mogok  kerja  pada  5  Agustus  nanti.  LaNyalla  berharap  pemerintah  bisa
              mengakomodir keluhan para buruh.

              Tidak itu saja, LaNyalla menilai aksi mogok dapat mengancam perekonomian nasional. Karena
              produktivitas industri akan terganggu, bahkan berhenti.

              "Pemerintah perlu segera mencari jalan keluar. Lebih baik lakukan dialog dengan para buruh,
              dengarkan keluhan mereka dan cari jalan tengah supaya ada win-win solution," ujar LaNyalla di
              sela masa reses di Jawa Timur, Kamis (29/7/2021).

              Para buruh melakukan pengibaran bendera putih sebagai bentuk protes sekaligus aksi mogok
              kerja. Karena, mereka merasa selama ini keluhan dan usulnya tidak didengar pemerintah.

              Selama pandemi ini, buruh mengeluh tidak ada jam kerja bergilir, pabrik beroperasi 100 persen,
              tidak ada obat gratis untuk buruh yang sedang isolasi mandiri, persoalan pemutusan hubungan
              kerja (PHK), dirumahkan, hingga pemotongan upah.

              "Keluhan para buruh tersebut perlu diakomodasi. Mereka ini kelompok yang sangat terdampak
              pandemi. Bukan hanya dari sisi kesehatan tapi juga sisi ekonomi atau penghasilan mereka,"
              lanjutnya.

              LaNyalla menegaskan ancaman mogok kerja membuat produktivitas terhenti sehingga industri
              tidak bisa mengejar target produksi dan pendapatan.
              Dampak lainnya harapan menggenjot ekspor pun pupus. Karena fungsi produksi berhenti, maka
              fungsi perekonomian tidak berjalan juga secara optimal.

              "Kalau hal itu dibiarkan, perekonomian akan terpuruk lebih dalam. Untuk mengangkatnya butuh
              usaha yang lebih keras dan waktu lebih lama," terang Mantan Ketua Umum PSSI itu.

              Senator asal Jawa Timur itu sepakat bahwa perlu adanya jam bergilir dan pengurangan kapasitas
              pekerja di pabrik agar penyebaran Covid-19 tidak meningkat.

              "Tetapi perlu ditegaskan dalam hal ini, perusahaan tidak memotong upah buruh. Pemerintah
              harus mengawal dan mengawasi agar perusahaan berkomitmen membayar gaji secara penuh,"
              sebutnya.
              Di sisi lain, LaNyalla memandang perlunya pemerintah ikut menaikkan nominal bantuan subsidi
              upah (BSU). Pemerintah berencana memberikan subsidi gaji sebesar Rp500 ribu per penerima
              per bulan untuk dua bulan, sehingga totalnya cuma Rp1 juta per penerima.

              "Idealnya ditambah menjadi Rp1,5 juta per bulan dan total subsidi yang diberikan Rp5 juta dalam
              tiga bulan. Karena efek PPKM ini bisa dirasakan sampai tiga bulan ke depan," jelasnya lagi.

                                                           256
   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261   262