Page 277 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 JULI 2021
P. 277

Ringkasan

              Keputusan pemerintah menjual Vaksin Gotong Royong melalui PT (Persero) Tbk secara berbayar
              ke masyarakat dibanjiri kritikan. BUMN Farmasi itu pun batal atau menunda sementara rencana
              tersebut dari jadwal semula, Senin (12/7).



              BANJIR KRITIK YANG BERUJUNG KIMIA FARMA BATAL JUALAN VAKSIN CORONA

              Keputusan pemerintah menjual Vaksin Gotong Royong melalui PT (Persero) Tbk secara berbayar
              ke masyarakat dibanjiri kritikan. BUMN Farmasi itu pun batal atau menunda sementara rencana
              tersebut dari jadwal semula, Senin (12/7).

              Usai menuai kontroversi, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri BUMN Erick Thohir
              pun angkat suara. Keduanya blak-blakan mengenai hal ini. Berikut rangkum, Selasa (13/7).

              Banjir kritikan datang dari berbagai pihak, termasuk sejumlah anggota DPR RI berbagai fraksi.
              Misalnya Anggota Komisi IX DPR, Kurniasih Mufidayati, dari PKS. Dia heran dengan aturan baru
              tersebut  karena  sebelumnya  vaksin  corona  bisa  didapatkan  gratis  untuk  masyarakat  umum.
              Kalau berbayar, yang menanggung para pengusaha untuk seluruh karyawannya.

              "Kami minta agar pemerintah hendaknya tidak berbisnis dengan rakyat di tengah pandemi yang
              semakin berat ini," katanya, Senin (13/7).

              Anggota  Komisi  VI  DPR,  Herman  Khaeron,  juga  sependapat  dengan  Mufidayati.  Dia
              mengingatkan harus adanya pengaturan yang jelas terkait rencana program vaksin berbayar di
              Kimia Farma. Ini mencegah biar kebijakan tersebut tidak dijadikan ladang bisnis di kemudian
              hari.

              "Memang pemerintah harus menjamin peredaran vaksin berbayar ini agar tetap aman, terjaga
              kualitasnya,  dan  dilaksanakan  di  faskes,  dan  tidak  menjadi  ladang  bisnis,  prinsip  membantu
              menuju percepatan mencapai herd immunity," kata Herman.

              Wakil Ketua Komisi IX DPR, Nihayatul Wafiroh, bahkan meminta rencana tersebut dibatalkan. Ia
              menyayangkan program tersebut muncul tanpa ada pembahasan terlebih dahulu dengan DPR.

              Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menolak adanya berbayar Kimia Farma. Ketua
              Pengurus  Harian  YLKI, Tulus  Abadi,  merasa  kabar  adanya  vaksin  gotong  royong  individu  ini
              menyeruak begitu saja.

              Tulus mengungkapkan vaksin berbayar itu tidak etis dalam kondisi saat ini, sehingga kebijakan
              tersebut harus ditolak.

              "Vaksin berbayar itu tidak etis, di tengah pandemi yang sedang mengganas. Oleh karena itu,
              vaksin berbayar harus ditolak," kata Tulus melalui pesan yang diterima kumparan, Senin (12/7).

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) turut bersuara soal vaksin berbayar Kimia Farma.
              Presiden KSPI, Said Iqbal, menuding ada upaya komersialisasi yang hanya akan menguntungkan
              pihak tertentu.
              "Setiap  transaksi  jual  beli  dalam  proses  ekonomi  berpotensi  menyebabkan  terjadinya
              komersialisasi  oleh  produsen  yang  memproduksi  vaksin  dan  pemerintah  sebagai  pembuat
              regulasi, terhadap konsumen dalam hal ini rakyat termasuk buruh yang menerima vaksin," kata
              Said Iqbal melalui keterangan tertulisnya, Senin (12/7).




                                                           276
   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282