Page 30 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 JANUARI 2021
P. 30

KELOLA JKP, BPJS KETENAGAKERJAAN WAJIB PUNYA KUALITAS INVESTASI PRIMA

              Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial  atau  BPJS  Ketenagakerjaan  dinilai  perlu  melakukan
              investasi  yang  optimal  pada  2021  seiring  akan  berlakunya  program  baru  di  bawah  badan
              tersebut, yakni Jaminan Kehilangan Pekerjaan atau JKP.

              Koordinator  Advokasi  BPJS  Watch  Timboel  Siregar  menilai  bahwa  penyelenggaraan  JKP
              membutuhkan pengelolaan investasi yang lebih apik dari BPJS Ketenagakerjaan.

              Hal tersebut karena tidak terdapat iuran tambahan bagi program JKP, sehingga perolehannya
              belum tentu sebanding dengan manfaat yang harus dibayarkan.

              Dia menjabarkan bahwa Undang-Undang 11/2020 tentang Cipta Kerja mengatur bahwa terdapat
              dua sumber pendapatan JKP, yakni iuran yang dibayar oleh pemerintah dalam bentuk modal
              awal dan rekomposisi iuran. Baru-baru ini, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyampaikan
              rekomposisi berasal dari dana program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

              "Yang saya dengan rekomposisinya itu 0,14 persen, milsanya pekerja yang iuran JKK-nya 0,24
              persen dari upah maka 0,14 persen itu untuk JKP dan 0,1 persen untuk JKK. Walaupun belum
              ada Peraturan Pemerintah [PP] tentang JKP, tapi pemerintah sudah sounding [sumber dananya]
              dari JKK," ujar Timboel kepada Bisnis, Selasa (19/1/2021).

              Dia  menilai  bahwa  berlakunya  JKP  berisiko  meningkatkan  rasio  klaim  JKK,  karena  sumber
              pendapatannya  tidak  berubah  tetapi  terdapat  risiko  pembayaran  manfaat.  Tak  tanggung-
              tanggung, BPJS Watch memproyeksikan rasio klaim JKK dapat naik hingga 40 persen, dari tahun
              lalu yang masih sebesar 26 persen.

              Rasio klaim pun akan meningkat karena adanya penambahan manfaat JKK yang tertuang dalam
              PP 82/2019. Menurut Timboel, berlakunya JKP dan meningkatnya rasio klaim JKK membuat BPJS
              Ketenagakerjaan benar-benar harus mengoptimalkan kinerja investasinya pada 2021.

              Kualitas investasi pun akan menjadi tumpuan bagi penyelenggaraan program Jaminan Hari Tua
              (JHT),  karena  program  ini  memberikan  manfaat  secara  langsung  kepada  para  pesertanya.
              Kualitas penyelenggaraan program-program lain pun akan memengaruhi manfaat yang diperoleh
              peserta dari JHT.

              "JKK dan Jaminan Kematian [JKm] kan hasil investasinya tidak dikembalikan kepada pekerja,
              dikembalikan menjadi pokok untuk diinvestasikan lagi. Namun, [hasil investasi] JHT masuk ke
              saldo peserta sebagai imbal hasil," ujarnya.

              Timboel menjabarkan bahwa BPJS Ketenagakerjaan mengelola dana Rp486,38 triliun pada akhir
              2020 atas empat program. Pengelolaan investasi yang optimal akan memberikan manfaat bagi
              para peserta dan menjaga keberlangsungan program-program jaminan sosial ketenagakerjaan.
              Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan atau BPJAMSOSTEK Agus Susanto memaparkan bahwa
              pihaknya mencatatkan hasil investasi senilai Rp32,30 triliun sepanjang 2020, dengan yield on
              investment (YOI) 7,38 persen. Hasil investasi itu meningkat 10,85 persen (year-on-year/yoy)
              dari perolehan pada 2019 yang berkisar Rp29,14 triliun.

              Dia  pun  menyatakan  bahwa  pengelolaan  dan  penempatan  investasi  BPJAMSOSTEK  selalu
              mengacu kepada Peraturan Pemerintah (PP) 99/2013, PP 55/2015, dan Peraturan Otoritas Jasa
              Keuangan  (POJK)  1/2016.  Sekitar  74  persen  investasi  pun  ditempatkan  di  instrumen  fixed
              income.

              "Hasil  pengembangan  JHT  kepada  peserta  5,63  persen  p.a,  selalu  di  atas  rata-rata  bunga
              deposito bank pemerintah yang pada tahun 2020 ini sebesar 3,87 persen," ujar Agus.

                                                           29
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35