Page 36 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 JANUARI 2021
P. 36

Namun, data Kemenaker tersebut berbeda dengan data BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Direktur
              Utama  BPJS  Ketenagakerjaan,  Agus  Susanto,  sampai  akhir  tahun  lalu  jumlah  pekerja  yang
              terdaftar di layanan ini mencapai 50,72 juta pekerja. Artinya, ada selisih sekitar 1,03 juta orang.

              "Walaupun banyak terjadi PHK akibat berkurangnya pendapatan usaha sebagai dampak dari
              pandemi Covid-19, BP Jamsostek tetap dapat melakukan akuisisi peserta sebanyak 17,4 juta
              untuk tahun 2020", kata Agus dalam keterangan tertulis kepada Lokadata.id, Selasa (19/1).

              Di luar soal selisih data tersebut, terdapat bukti lain yang mengindikasikan fenomena PHK massal
              pada tahun lalu. Menurut Agus, jumlah klaim JHT pada 2020 mencapai 2,5 juta klaim, naik 13,6
              persen dibandingkan tahun sebelumnya yang besarnya 2,2 juta klaim.

              Nilai klaim JHT pada tahun lalu juga melonjak 24,25 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
              Pada  2020,  nilai  klaim  JHT  mencapai  Rp31,1  triliun,  sedangkan pada  2019  sebesar  Rp26,64
              triliun.

              Secara total, kata Agus, pembayaran klaim dan berbagai jaminan sepanjang 2020 meningkat
              sebesar 25 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp29,2 triliun menjadi Rp36,5 triliun.

              Di luar klaim JHT, ada pembayaran Jaminan Kematian (JKM) sebesar Rp1,35 triliun untuk 34,7
              ribu kasus, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Rp1,55 triliun untuk 221,7 ribu kasus, dan Jaminan
              pensiun (JP) Rp489,47 miliar untuk 97,5 ribu kasus.

              "Kami akan selalu optimistis dengan tetap waspada terhadap tantangan-tantangan yang akan
              muncul di depan, seperti dengan mewujudkan transformasi digital berkelanjutan," kata Agus.

              Dia  menambahkan,  tahun  2021  ini  harus  bisa  dijadikan  titik  balik  pulihnya  perekonomian
              Indonesia setelah didera pandemi. BP Jamsostek siap mendukung upaya ini agar perlindungan
              menyeluruh terhadap pekerja Indonesia dapat segera terwujud.
              Menurut Ketua bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Kamar Dagang dan Industri
              (Kadin),  Anton  J  Supit,  penurunan  jumlah  kepesertaan  BPJS  Ketenagakerjaan  ini  tak
              terhindarkan. Dunia usaha sangat terpukul pandemi sehingga harus melakukan efisiensi, salah
              satunya dengan PHK.

              "Yang  pasti,  pandemi  ini  membuat  (dunia  usaha)  kesulitan  ya.  Sehingga,  kepentingan  kita
              bersama adalah bagaimana menyelamatkan perusahaan agar tetap bisa jalan dulu sekarang. Hal
              ini  tentu  berujung  pada  pembayaran  iuran  BPJS  Ketenagakerjaan  kan,"  kata  Anton  kepada
              Lokadata.id.

              Namun demikian, Anton menduga penurunan tersebut tak hanya berasal dari dunia usaha saja.
              Menurut dia, jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan yang menyusut ini juga berasal dari kelas
              mandiri.
              Anton  mengatakan,  masalahnya  saat  ini  adalah  bagaimana  dunia  usaha  bisa  kembali  pulih.
              Menurutnya, penuntasan pandemi menjadi yang utama, dan seluruh pihak diminta serius dalam
              upaya tersebut.

              "Yang  pertama  harus  diselesaikan  secara  tuntas  ya  masalah  Covid-19  ini.  Dan  harus  diingat
              vaksin juga tidak menyelesaikan masalah itu secara 100 persen. Oleh karena itu, yang perlu
              ditingkatkan adalah disiplin protokol kesehatan," katanya.

              Kepada Lokadata.id, Wakil Ketua Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Jumisih juga
              mengatakan, penurunan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan pada tahun lalu merupakan imbas
              dari PHK massal akibat pandemi Covid-19.



                                                           35
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41