Page 64 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 NOVEMBER 2020
P. 64
Ringkasan
Pengamat Ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, Acuviarta Kartabi menilai
kesabaran dari buruh terhadap upah yang tidak dinaikkan pada tahun depan akan berbuah manis
untuk membuka lapangan pekerjaan yang tertutup akibat pandemi. Acuviarta menjelaskan,
pandemi yang menyerang Tanah Air selama lebih dari 9 bulan ini, jelas memberikan pukulan
telak bagi pengusaha. Tak sedikit pengusaha yang harus menutup usaha mereka akibat pendemi
ini, terlebih mereka yang bergerak di industri padat karya.
BEGINI PANDANGAN PENGAMAT SOAL UMK YANG TIDAK NAIK
Pengamat Ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, Acuviarta Kartabi menilai
kesabaran dari buruh terhadap upah yang tidak dinaikkan pada tahun depan akan berbuah manis
untuk membuka lapangan pekerjaan yang tertutup akibat pandemi. Acuviarta menjelaskan,
pandemi yang menyerang Tanah Air selama lebih dari 9 bulan ini, jelas memberikan pukulan
telak bagi pengusaha. Tak sedikit pengusaha yang harus menutup usaha mereka akibat pendemi
ini, terlebih mereka yang bergerak di industri padat karya.
Menurutnya, tidak menaikkan UMK disaat recovering seperti saat ini, menjadi opsi terbaik. Selain
memudahkan pengusaha untuk kembali memulai usahanya khususnya bagi industri padat karya
yang mampu menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia.
"Kalau UMK tidak naik saya berharap buruh bisa sabar dulu minimal untuk di tahun 2021 saja.
Kan kita ketahui juga, pandemi sudah 9 bulan mengganggu di sini. Dampaknya ya berat juga
untuk pengusaha, banyak usaha usaha industri padat karya yang gulung tikar akibat ini,"
jelasnya kepada RRI, Rabu (25/11/2020).
"Kesabaran buruh ini pasti berbuah manis kok, pas pandemi banyak buruh yang dirumahkan.
Jika buruh bersabar dengan tidak naiknya UMK, lapangan kerja akan kembali terbuka," tuturnya.
Acuviarta pun menjelaskan alasannya. Menurut dia, hal itu terjadi karena UMK yang tidak naik
ini pasti memudahkan pengusaha, khususnya industri padat karya untuk kembali memulai
aktivitas mereka. "Dan ketika mereka bergerak secara otomatis lapangan pekerjaan yang semula
sulit akan kembali terbuka," lanjutnya.
Lebih lanjut Acuviarta mengatakan, masalah lain pun bisa muncul jika UMK terus dinaikkan ketika
kepastian pasar seperti saat ini tidak diperhatikan. Mulai dari usaha usaha yang berpindah lokasi,
kesulitan usaha memulai bisnis mereka, hingga lapangan pekerjaan yang semakin minim.
"Kalau dipaksakan naik padahal situasi belum memungkinkan kayak sekarang ya dampaknya
juga gak main-main. Industri bisa pindah dari Jabar, pengangguran akan tetap tinggi akibat upah
buruh yang sangat tinggi. Usaha yang sudah tutup pasti berpikir dua kali untuk kembali buka
karena modal untuk memulai usahanya saja sudah sangat tinggi," paparnya. Ia menambahkan,
jika pemerintah bersikeras menaikkan UMK, setidaknya perlu ada bantuan keringanan dari sisi
lain bagi pengusaha agar bisa kembali memulai usahanya.
"Bantuan yang diberikan agar usaha bisa kembali bergerak kalau UMK masih harus naik, mulai
dari mempermudah berbagai perizinan usaha, meringankan pajak yang dijatuhkan kepada
pengusaha. Minimalnya sampai kondisi perekonomian Jabar berada dalam track yang
semestinya," tambahnya.
"Saya juga berharap, pemerintah bisa memperhatikan dari seluruh sisi. Tidak hanya dari
kepentingan satu sisi saja, mengingat ekonomi menjadi sektor yang penting untuk menunjang
kesejahteraan masyarakat," tandasnya.
63