Page 66 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 NOVEMBER 2020
P. 66

pekerja tetap PT Honda Precision Parts Manufacturing, pekerja kontrak PT IDS Manufacturing
              Indonesia dan pekerja alih daya PT Haleyora Powerindo.
              Gugatan  dengan  nomor  perkara  101/PUU-XVI-II/2020  tersebut  disidangkan  pertama  kalinya,
              Selasa (24/11/2020).

              "Dalil permohonan bahwa pemohon mengajukan uji materiil Pasal 81, Pasal 82 dan Pasal 83,"
              ungkap kuasa hukum pemohon, Muhammad Ali Asrun dalam sidang virtual yang dilaksanakan di
              Gedung MK, Jakarta, Selasa (24/11/2020).

              Ia menjabarkan terdapat 12 poin yang diajukan untuk diuji oleh MK. Yakni aturan terkait lembaga
              pelatihan kerja pada Pasal 81 angka 1. Aturan terkait pelaksanaan penempatan tenaga kerja
              pada Pasal 81 angka 3. Aturan tentang perjanjian kerja waktu tertentu angka 12, 13, 15, 16,
              dan 17. Selanjutnya terkait pekerja outsourcing Pasal 81 angka 18,19, dan 20. Aturan terkait
              waktu kerja Pasai 81 angka 21 dan 22.

              Selain itu aturan terkait cuti pada Pasal 81 angka 23. Aturan tentang upah dan upah minimum
              pada  Pasal  81  angka  24  sampai  36.  Lalu  aturan  mengenai  pemutusan  hubungan  kerja  dan
              penghargaan masa kerja Pasal 81 angka 44 sampai 46, angka 51 sampai 56, serta angka 56 dan
              58. Juga aturan terkait penghapusan sanksi pidana pada Pasal 81 angka 62, 63, 65, dan 66.
              Hingga aturan terkait jaminan sosial pada Pasal 82 angka 1 dan 2, serta Pasal 83 angkat 1 dan
              2.

              Dalam petitumnya, Ali meminta hakim Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan pihaknya
              dengan  menyatakan  sejumlah  aturan  tersebut  bertentangan  dengan  UUD  1945  dan  tidak
              memiliki kekuatan hukum mengikat.

              Presiden KSPI Said lqbal mengatakan, UU Ciptaker tidak mengindahkan adanya aturan terkait
              upah minimum, pesangon, pemutusan hubungan kerja, dan cuti yang dinilai dapat merugikan
              kesejahteraan buruh, la juga menyinggung putusan MK No. 27/PUU-IX/2011, di-mana hakim
              menyatakan  pekerja  buruh  yang  melaksanakan  pekerjaan  outsourcing  atau  alih  daya  harus
              dilindungi haknya.

              Namun  UU  Ciptaker,  lanjutnya,  justru  akan  memberi  keleluasaan  perusahaan  dalam'
              mempekerjakan pekerja alih daya yang sebelumnya dibatasi.
              "Karena  itu  yang  mulia,  kami  memohon  putuskanlah  dengan  seadil-adilnya.  Karena  kami
              berharap negara hadir dalam perlindungan (buruh) di tengah investasi," jelasnya.

              Sebelumnya, Said mengaku pihaknya ragu dengan keberhasilan penggugatan UU Cipta Kerja ke
              MK. Lantaran ada tiga hakim MK yang diusulkan oleh DPR. la khawatir hal ini akan berpengaruh
              pada putusan di meja sidang.

              Harian TerM/Safari

              Caption:

              DEMO buruh dl Mahkamah Konstitusi












                                                           65
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71