Page 70 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 AGUSTUS 2021
P. 70

Manang menjelaskan, penetapan tersangka itu dilakukan setelah memeriksa sejumlah saksi dan
              mengumpulkan barang bukti. Beberapa barang bukti yang didapat antara lain, potongan pipa
              paralon, potongan pipa spiral, potongan besi yang terlepas dari las-lasan, kantong plastik pasir,
              dan lima kawat las.

              “CB  tidak  memiliki  rencana  anggaran  biaya,  konsultasi  kontruksi  serta  gambar  konstruksi
              bangunan untuk mengetahui jenis bahan bangunan yang digunakan, volume dan kualitas batas
              maksimum. Itu yang menjadi penyebab kecelakaan,” kata Manang.

              Tersangka CB dijerat Pasal 359 KUH Pidana dan Pasal 360 KUH Pidana tentang kelalaian yang
              menyebabkan kematian orang lain. Ia diancam penjara paling lama lima tahun.
              Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalteng Komisaris Besar Kismanto Eko
              Saputro menjelaskan, dari hasil olah TKP yang dilakukan aparat, kontruksi bangunan corong
              penampung pasir yang terbuat dari besi yang pada bagian kaki tiang tidak dibuatkan pondasi
              khusus, hanya diletakkan begitu saja di atas semen cor tanpa melekat atau tertanam.
              Antara  kaki  besi  dan  semen  cor  itu  terdapat  plat  besi  dengan  tebal  1,2  sentimeter  dengan
              panjang 60 sentimeter, namun plat besi itu tidak dilengkapi baut.

              CB  tidak  memiliki  rencana  anggaran  biaya,  konsultasi  kontruksi  serta  gambar  konstruksi
              bangunan (AKBP Manang Soebeti)

              Kemudian, lanjut Eko, semua kerangka besi yang menghubungkan antara tiang pondasi yang
              satu dengan yang lainnya tidak menggunakan baut sama sekali hanya ditempel dengan cara
              dilas. “Lebar besi corong yang roboh itu lima meter dengan kedalaman corong itu lima meter
              lebih,  dan  di  dalamnya  masih  terdapat  sisa  pasir  jadi  bisa  dibayangkan  beratnya,”  katanya.
              (Kompas, Kamis 15 Juli 2021).

              Visa bermasalah

              Aparat  kepolisian  juga  menemukan  beberapa  fakta  baru,  yakni  soal  keimigrasian.  Dari
              pemeriksaan dokumen, setidaknya terdapat 12 TKA yang bekerja di lokasi itu hanya memiliki
              visa kunjungan bukan visa bekerja. "Mereka menggunakan paspor atau visa tinggal kunjungan,"
              ujarnya.

              Para TKA, lanjut Manang, membangun dan merakit mesin pengelolaan, serta pemurnian pasir
              silica atas permintaan PT. MPP, tanpa dilengkapi rencana penggunaan TKA.
              Hal itu melanggar Pasal 190 ayat 1 Jo Pasal 42 ayat 1 Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020
              tentang Cipta Kerja. Menurut Manang, dalam UU tersebut pemerintah pusat atau pemerintah
              daerah sesuai kewenangannya mengenakan sanksi administrasi atas pelanggaran setiap pemberi
              kerja yang memperkerjakan TKA.
              Perusahaan  wajib  memiliki  rencana  penggunaan  TKA  yang  disahkan  oleh  pemerintah  pusat
              melalui Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, Keselamatan dan Kesehatan
              Kerja, atau Pengawas Ketenagakerjaan. Hal ini secara teknis diatur dalam Peraturan Pemerintah
              RI  Nomor  34  Tahun  2021.  “Ini  akan  kami  koordinasikan  dengan  bagian  imigrasi  di  Kalteng,
              sehingga nanti sanksinya juga bisa diberikan,” kata Manang.










                                                           69
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75