Page 101 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 MARET 2021
P. 101

APRDI: KASUS BPJS KETENAGAKERJAAN DENGAN JIWASRAYA DAN ASABRI
              SANGAT BERBEDA
              Jakarta.Hingga kini, penyidikan yang dilakukan.Kejaksaan Agung.(Kejagung) RI terhadap BPJS
              Ketenagakerjaan (.BPJAMSOSTEK.) belum ada kejelasan hukum.

              Tak pelak, hal ini mengundang banyak spekulasi publik. Kini giliran Direktur Eksekutif Dewan
              Asosiasi Pelaku Reksa Dana & Investasi Indonesia (APRDI), Mauldy Rauf Makmur angkat bicara.
              Dengan tegas dirinya mengatakan, kasus BPJS Ketenagakerjaan dengan Jiwasraya dan Asabri
              sangat berbeda. Jiwasraya dan Asabri melanggar dalam pengelolaan reksadana.

              Tak hanya itu, lanjut Mauldy, saham (Jiwasraya dan Asabri red) juga diindikasikan diinvestasikan
              pada saham yang berfundamental tidak baik, sehingga pada saat ingin mencairkan sahamnya
              tidak bisa diuangkan atau dijual.

              "Kalau BPJS Ketenagakerjaan sangat berbeda, karena BPJS Ketenagakerjaan tidak ada masalah
              dengan guaranteed return, tidak ada masalah juga dengan pelanggaran pengelolaan reksadana,"
              tegas Mauldy.

              "Yang dimasalahkan dalam kasus BPJS Ketenagakerjaan itu Unrealized Loss (UL). Di pasar modal
              itu selalu ada Unrealized Loss. Saya tahu betul BPJS Ketenagakerjaan punya SOP yang baik
              dalam memilih Manager Investasi (MI) dan dalam memilih reksadana. SOP mereka jelas," terang
              Mauldy.

              Contoh, masih kata dia, MI yang ingin menjadi mitra BPJS Ketenagakerjaan tidak sembarangan,
              dari Asset Under Management (AUM)- nya saja sudah jelas dipilih.

              Lalu produk reksadana mereka dipantau terus, mereka punya alat ukur atau rating sendiri, jika
              reksadananya kinerjanya buruk, secara periodik MI-nya bisa dipanggil dan dievaluasi.
              Mauldy menyimpulkan, BPJS Ketenagakerjaan benar-benar prudent dalam melakukan investasi.

              "Semua di pasar modal pasti kena UL, ketika kinerja indeks turun ya pasti kena UL, tapi kalau
              kinerja indeks naik lagi maka saham juga akan naik lagi. Kalau UL dipermasalahkan, ya tidak ada
              yang berinvestasi di pasar modal," tutupnya.
































                                                           100
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106