Page 279 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 MARET 2021
P. 279

Uang tersebut merupakan dana bantuan Covid-19 bagi warga terdampak seperti pemutusan
              hubungan kerja dan pengangguran yang disalurkan lewat kelompok. Bantuan itu berasal dari
              Ditjen Bina Penta Kemenaker RI untuk pemberdayaan masyarakat.

              Kepala Kejari Purwokerto Sunarwan yang didampingi Kasie Pidana Khusus (Pidsus) Nila Aldriani,
              semalam menjelaskan tim penyidik Tipikor melakukan penggeledahan dirumah AM (26) dan MT
              (37), Cilongok, Banyumas.

              "Dari hasil penggeledehan itu tim menyita uang sebesar 470 juta dari total bantuan Ditjen Bina
              Penta Kemenaker untuk 48 kelompok, dengan nilai totoal semuanya adalah Rp 1.920.000.000
              yang  seharusnya  diisalurkan  untuk  masing  masing  kelompok  mendapatkan  40  juta,"  kata
              Sunarwan.

              Uang tersebut oleh AM dan MT digunakan untuk kepentingan mereka bulan untuk kepentingan
              kelompok, yakni membuat green house seluas tiga hektare di selatan lereng Gunung Slamet.

              Terkait kasus tindak pidanan korupsi tersebut penyidik sudah melakukan pemeriksaan terhadap
              saksi-saksi yang berjumlah tujuh orang, dari ketujuh orang tersebut, lima merupakan berasal
              dari kelompok yang seharusnya menerima uang tersebut.

              Sedangkan dua orang saksi lainnya AM (26) dan MT (37), warga Kecamatan Cilongok diduga
              merupakan orang yang mengambil bantuan uang dari para kelompok tersebut.

              Sunarwan  menjelasakan  bantuan  Ditjen  Bina  Penta  Kemenaker  ini  seharusnya  diperuntukan
              pemberdayaan  masyarakat  akibat  COVID-19.  Yakni  Ditjen  Bina  Penta  memberikan  bantuan
              kepada kelompok di desa desa dengan tujuan pemberdayaan kelompok. Dalam satu kelompok
              ada 20 orang.

              Tujuannya adalah memberdayakan kelompok tersebut, biar kelompok di desa bisa berusaha dan
              mendirikan usaha yang mandiri, seperti peternakan dan pertanian.

              Namun dalam prakteknya uang yang seharusnya diterima 48 kelompok ini diambil oleh satu
              orang. Hingga sisanya adalah yang diketemukan dRp 470 juta.

              Dalam  aksinya  AM  dan  MT  membuat  satu  kelompok  yang  beranggotakan  20  orang  yang
              diketahui  Kepala  Desa  setempat.  Kemudian  diajukan  ke  Kemenaker  pusat,  sehingga  ada
              verifikasi dari pusat atas dokumen dokumen tersebut. " Saudara AM ini membuatkan semua
              dokumen kelompok kelompok ini, termasuk cap stempel semuanya," ungkapnya.
              Kemudian setelah proposal di verifikasi oleh PPK Kemenaker di pusat dan kemudian disetujui
              serta mendapatkan rekening, kelompok tersebut langsung mendapatkan uang yang ditransfer
              ke rekening kelompok yang dibuatkan oleh Kemenaker.

              Namun saat uang tersebut ditransfer ke masing masing kelompok dan oleh diambil kelompok di
              Bank BRI oleh AM kemudian diminta semuanya.

              "Saat  kelompok  mengambil  uang  di  Bank  BRI  didepan  BRI,  sudah  menunggu  seseorang
              kemudian  diminta  semuanya.  Jadi  dari  48  kelompok  diminta  oleh  AM,  totalnya  Rp
              1,920.000.000," terang Sunarwan.

              Dugaan kasus korupsi setelah tim Kejari Purwokerto melakuakan dengan memintai keterangan
              sampel ke kelompok kelompok yang menerima bantuan tersebut.

              Dari hasil penyelidikan di satu kelompok tidak ada kegiatan, dan bantuan untuk 48 kelompok
              yang seharusnya diterima juga tidak menerima.



                                                           278
   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284