Page 4 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 JUNI 2020
P. 4

Kedua ABK itu adalah AJ (30) dan R (22). Keduanya ditemukan nelayan binaan Direktorat Polisi
              Air (Ditpolair) Polda Kepri, Tengky Azahar (35), tengah mengambang di laut lepas dan meminta
              pertolongan. Keduanya mengaku nekat lompat dari Kapal Fu Lu Qing Yuan Yu karena tak tahan
              dengan perlakuan tak manusiawi oleh atasannya.



              TAKTIK 2 ABK WNI KABUR DARI KAPAL CHINA DENGAN MATA-MATA DI KAMAR
              NAKHODA

              Jakarta  -  Dua orang ABK Kapal  China  berhasil kabur usai diperbudak dan disiksa. Mereka
              berhasil kabur berkat bantuan  WNI  lain yang memata-matai kamar nakhoda kapal.

              Kedua ABK itu adalah AJ (30) dan R (22). Keduanya ditemukan nelayan binaan Direktorat Polisi
              Air (Ditpolair) Polda Kepri, Tengky Azahar (35), tengah mengambang di laut lepas dan meminta
              pertolongan. Keduanya mengaku nekat lompat dari Kapal Fu Lu Qing Yuan Yu karena tak tahan
              dengan perlakuan tak manusiawi oleh atasannya.

              "Selama di atas kapal bekerja, lalu terjadi kekerasan dan istirahat, serta makan tidak cukup.
              Sehingga para pekerja asal indonesia yang ada di atas itu tidak betah bekerja," kata Direktur
              Polisi  Air  (Dirpolair)  Polda  Kepri  Kombes  GR  Gultom  saat  dikonfirmasi  detikcom,  Sabtu
              (6/6/2020).

              Kedua ABK nekat terjun ke laut setelah menyadari Kapal Fu Lu Qing Yuan Yu memasuki wilayah
              perairan Indonesia. Keduanya melompat dari kapal yang melintas di wilayah Selat Malaka.

              "Saat kapal memasuki wilayah perairan Indonesia, tepatnya di perairan Selat Malaka, kedua
              korban berniat untuk terjun dengan menggunakan life jacket. Sekira pukul 03.00 WIB, saksi
              mendengarkan suara teriakan 'tolong... tolong...'. Setelah itu saksi mendengar kembali suara
              orang juga minta tolong," jelas Gultom.
              Gultom menerangkan kedua korban dalam kondisi lemah saat dievakuasi oleh nelayan. Saat tiba
              di daratan, sang nelayan langsung melaporkan peristiwa penemuan dua ABK tersebut ke polisi.

              Kepada  polisi,  korban  mengaku  mengapung  di  laut  sejak  malam  hari  sebelum  mereka
              ditemukan. "Mereka mengapung dari pukul 20.00 WIB (5 Juni 2020)," imbuh Gultom.

              AJ dan R mengaku dibohongi perusahaan penyalur pekerja migran Indonesia (PMI) atau tenaga
              kerja Indonesia (TKI). Mereka dijanjikan berangkat ke Korea Selatan (Korsel) untuk bekerja
              sebagai buruh di perusahaan tekstil.

              Mereka tergiur iming-iming akan digaji Rp 25 juta yang dijanjikan oleh perusahaan penyalur
              mereka. Namun kenyataannya mereka sendiri tak mengerti berapa gaji yang mereka dapatkan,
              sementara kontrak kerja mereka 2 tahun.

              Polisi pun mengatakan ada 10 WNI yang diduga masih berada di kapal China dan menjadi ABK
              korban perbudakan. 10 WNI inilah yang memasang taktik untuk memata-matai kamar nakhoda.

              "Sepuluh WNI itu diduga masih di kapal itu. Dua belas sama dia, yang WNI ya. Kalau yang
              lainnya banyak lagi orang asing orang Vietnam, Kamboja," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum
              (Dirreskrimum) Polda Kepulauan Riau (Kepri) Kombes Arie Dharmanto saat dihubungi detikcom,
              Rabu (10/6/2020).

              Arie mengatakan 10 WNI itu juga diperlakukan kasar. Dua WNI berhasil kabur dengan bantuan
              10 WNI itu.


                                                            3
   1   2   3   4   5   6   7   8   9