Page 151 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 OKTOBER 2021
P. 151

KOMISI IX MINTA PEMERINTAH EVALUASI PENYALURAN BSU

              INFO NASIONAL - Ketua Komisi IX DPR RI Felly Estelita Runtuwene mendorong Kementerian
              Ketenagakerjaan (Kemnaker) untuk mengevaluasi program penyaluran Bantuan Subsidi Upah
              (BSU)  yang  berlangsung  hingga  kini.  Menurutnya,  masih  banyak  persoalan  terkait  proses
              penyaluran dan sinkronisasi data yang masih menjadi masalah krusial. Hal ini diungkapkan usai
              menghadiri pertemuan Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IX DPR RI dengan Wakil Gubernur
              Bali,  Tjokorda  Oka  Artha  Ardana  Sukawati  beserta  jajaran,  Asosiasi  Pekerja  Indonesia,  dan
              jajaran mitra kerja Komisi IX DPR RI, di Denpasar, Bali, Kamis (30/9/2021).

              “Kalau bisa ini untuk penerima BSU itu kan ada Permen (peraturan Menteri) ya, itu kan cuma
              sampai  di  Juni  (2021),  sementara  kita  melihat  dengan  pandemi  Covid-19  ini  ada  di  sekitar
              Februari. Ada ratusan perusahaan yang bangkrut, ini juga ketika mereka tidak membayar iuran
              karyawannya. Karyawan yang kena dampak ini yang kita maksud agar dievaluasi. (Perusahaan)
              jangan seperti itu karena karyawannya. Justru mereka yang perlu kita bantu,” kata Felly.

              Politisi Partai NasDem itu menambahkan, terkait data hingga proses dikucurkannya BSU melalui
              Bank Himpunan Bank Negara (Himbara) harus dipermudah, baik secara administrasi maupun
              tahapan lainnya, agar tidak ada hambatan lagi ke depannya.

              "Jadi, seperti ini yang kita maksud, agar ada evaluasi baik dari Kementerian Ketenagakerjaan
              sendiri, kemudian juga evaluasi dari yang pemberi data itu yaitu dari BP Jamsostek atau BPJS
              Ketenagakerjaan. Jadi (evaluasi) itu yang kami minta, karena memang banyak yang komplen,"
              tutur Felly.

              Felly  juga  menyoroti  data  penerima  bantuan  yang  menurutnya  tidak  sinkron  dan  terjadi
              penerimaan  yang  kerap  ganda  dari  program  bantuan  lainnya.  Sehingga,  dirinya  meminta
              perhatian dari seluruh sektor lintas kementerian lembaga agar dapat mengevaluasi hal tersebut.

              "Ini (bantuan) yang double-double, jadi mungkin ini juga (perlu) menjadi perhatian bagi lintas
              kelembagaan  ya,  agar  sinkronisasi  data  ini  perlu  sangat-sangat  dibutuhkan  supaya  ada
              pemerataan penerima bantuan dari pemerintah,” ucapnya.

              Selain itu, dari anggaran sebesar Rp8,8 triliun yang pemerintah kucurkan untuk penyaluran BSU
              kepada 8,7 juta pekerja yang bergaji di bawah Rp3,5 juta, terdapat dana yang belum terpakai
              sebesar Rp1,7 triliun. Dimana dana tersebut merupakan sisa dana yang belum tersalurkan akibat
              terjadinya double data maupun kendala lainnya yang berdasarkan Perubahan atas Peraturan
              Menteri  Ketenagakerjaan  Nomor  14  Tahun  2020,  sisa  dana  tersebut  tidak  dapat  disalurkan
              kepada pekerja informal.

              Terkait  sisa  dana  yang  kini  berjumlah  Rp1,7  triliun,  Felly  mengatakan  bahwa  semuanya
              tergantung keinginan dari pemerintah yang berkaitan dengan permen tersebut. Dan seharusnya
              pemerintah mengevaluasi permen tersebut, karena masih banyak para pekerja terdampak yang
              justru membutuhkan bantuan tersebut, namun justru tidak dapat menerimanya.

              "Sekarang Rp1,7 triliun yang sudah ada di bulan sekian ini memang kami perlu untuk rapat
              kembali  dengan  mitra  kerja,  untuk  membicarakan  (dana)  Rp1,7  triliun  ini  seperti  apa,  mau
              dilakukan bagaimana, kalau memang ada saldo seperti itu marilah kita yang belum terima ayo
              kita permudah gitu, permudah dengan lagi-lagi sinkronisasi data antar lembaga dan kementerian
              itu sendiri,” kata legislastor dapil Sulawesi Utara itu.
              Sementara,  Anggota  Komisi  IX  DPR  RI  I  Ketut  Kariyasa  Adnyana  mengatakan,  bahwa  para
              pekerja  di  Bali  itu  paling  banyak  berasal  dari  daerah  Badung  dan  Karang  Asem,  sehingga
              pemberian BSU yang berlandaskan daerah yang sudah terjadi penurunan level dan tidak lagi
              mendapatkan, ini perlu dilakukan evaluasi.

                                                           150
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156