Page 133 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 NOVEMBER 2020
P. 133
Seluruh biaya perawatan Sugiyem ia janjikan akan ditanggung oleh pemerintah.
"Atas nama pemerintah, saya minta maaf atas kejadian yang ibu alami. Saya meminta izin
kepada ibu untuk merujuk ibu ke rumah sakit hingga ibu sembuh," ucap Benny kepada Sugiyem.
Benny juga memastikan proses hukum kepada majikan Sugiyem akan ditegakkan.
Ia berharap, majikan yang telah menyiksa Sugiyem bisa dihukum dengan adil oleh pemerintah
Singapura.
Adapun permasalahan Sugiyem telah dilaporkan UPT BP2MI Semarang kepada Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) di Singapura.
KBRI Singapura telah memastikan kebenaran alamat majikan dan melaporkan kasus ini ke
Kementerian Luar Negeri Singapura, Kementerian Ketenagakerjaan Singapura, dan Kepolisian
Singapura.
Di samping itu, UPT BP2MI Semarang telah membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan video
BAP pada 4-5 November 2020.
Seluruh proses yang dilakukan di dalam negeri telah dikirimkan kembali ke KBRI Singapura untuk
bukti proses hukum.
Benny mengatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan KBRI Singapura untuk menjamin
penegakan hukum bagi Sugiyem.
"Ini sudah menyangkut harga diri negara. Saya tidak rela jika ada tindakan tidak menyenangkan,
apalagi penganiayaan dan kekerasan fisik yang menimpa Pekerja Migran Indonesia. Saya akan
mengawal seluruh proses penanganan kasus Bu Sugiyem," tegas dia.
Sebelumnya, PMI Sugiyem ditempatkan melalui proses direct hiring sebagai Penata Laksana
Rumah Tangga (PLRT) dan tidak tercatat dalam Sistem Komputerisasi Pelindungan Pekerja
Migran Indonesia (SISKOP2MI).
Sugiyem berangkat dari Semarang ke Batam pada Februari 2015 dan kemudian menuju
Singapura melalui jalur laut.
Sesampai di Singapura, Sugiyem dijemput oleh agensi untuk medical check-up dan hasilnya fit.
Pada 22 Mei 2015, Sugiyem mulai bekerja pada majikan pertama.
Ia bekerja selama 4 tahun hingga selesai kontrak pada 15 April 2019 tanpa ada masalah.
Lalu, ia kembali bekerja di Singapura pada majikan kedua bernama Umi Kalsum binti Ali mulai 5
Agustus 2019.
Oleh majikan kedua, Sugiyem diduga mulai mendapat perlakuan tidak baik sejak April 2020.
Majikan diduga melakukan pemukulan pada area mata hingga hilang fungsi penglihatan.
Di samping itu ada pula penyiksaan lainnya.
Namun, majikan tidak pernah membawa Sugiyem ke rumah sakit untuk pengobatan.
Alat komunikasi Sugiyem disita majikan dan ia selalu menolak bila Sugiyem meminta
dipulangkan.
132