Page 22 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 NOVEMBER 2020
P. 22
menggenjot kesejahteraan yang bertumpu kepada aktivitas ekonomi yang bernilai tambah (yang
umumnya ada di sektor formal). Padahal pemerintah sejak lima tahun terakhir berjuang agar
transformasi ekonomi bisa disusun dengan solid, antara lain dengan jalan pembangunan
infrastruktur dan kualitas manusia. Pandemi telah melantakkan beberapa bagian dari rencana
tersebut karena meledaknya pekerja informal.
Sungguh pun begitu, tidak seluruhnya hanya kisah kegelapan. Tetap terbit cahaya yang
memantulkan harapan. Sekurangnya terdapat dua opsi yang tersedia. Pertama, investasi tetap
menjadi tulang punggung pemecahan masalah. Data yang tersedia menunjukkan tekanan
investasi tertinggi sudah dilalui. Pada triwulan II-2020 PMTB mengalami kontraksi yang dalam (-
8,61%, yoy), sedangkan pada triwulan III-2020 masih kontraksi sebesar -6,48% (BPS, 2020).
Triwulan III 2020 memang masih tumbuh negatif, namun dengan tekanan yang lebih kecil. Pada
triwulan terakhir 2020 diharapkan PMTB sudah bergerak positif, sekurangnya jika tetap kontraksi
di bawah -3%. Pemerintah, khususnya melalui BKPM, mesti bekerja keras membangkitkan
kembali investasi yang banyak menyerap lapangan kerja, misalnya di sektor industri pengolahan
(makanan dan minuman, tekstil, alas kaki, kulit, dan lain-lain) dan perdagangan. Selama tiga
tahun ke depan orientasi investasi yang pada tenaga kerja menjadi keniscayaan.
Kedua, salah satu sektor ekonomi yang pertumbuhannya tetap positif (bahkan pada triwulan II
2020) adalah pertanian. Sektor ini dalam lintasan sejarah telah membuktikan berkali-kali sebagai
penyelamat ekonomi ketika krisis terjadi. Sampai sekarang sektor pertanian menyerap tenaga
kerja sekitar 27,5% dan kontribusinya terhadap PDB pada kisaran 13,5%. Jika dilacak data
pengangguran (seperti yang telah ditulis di muka) sebagian besar di perkotaan, termasuk pekerja
di sektor informal. Pada titik ini pembangunan sektor pertanian menjadi sangat relevan karena
bisa menarik pekerja informal dan pengangguran yang ada di perkotaan. Syarat pokoknya,
program RAPS (Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial) mesti dipercepat eksekusinya agar
terdapat intensif bagi para pekerja kembali ke desa. Jika langkah ini digandengkan dengan
pembangunan sektor industri, maka transformasi ekonomi berbasis pertanian menjadi harapan
yang membentang.
Tiap cita-cita memang tak mudah diwujudkan, namun sekurangnya hidup masih bisa
diperjuangkan karena adanya harapan.
(bmm).
21