Page 42 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 NOVEMBER 2020
P. 42
Ringkasan
Pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjuddin Noer Effendi
mengungkapkan, Undang-Undang Cipta Kerja yang merupakan salah satu strategi menciptakan
peluang kerja di sektor industri harus dibarengi dengan peningkatan keterampilan dan keahlian
angkatan kerja. Pasalnya selain masalah perizinan dan berbagai hambatan regulasi, rendahnya
keterampilan angkatan kerja Indonesia juga kerap menjadi keluhan para investor.
UU CIPTA KERJA HARUS DIBARENGI PENINGKATAN KEAHLIAN ANGKATAN KERJA
Pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjuddin Noer Effendi
mengungkapkan, Undang-Undang Cipta Kerja yang merupakan salah satu strategi menciptakan
peluang kerja di sektor industri harus dibarengi dengan peningkatan keterampilan dan keahlian
angkatan kerja. Pasalnya selain masalah perizinan dan berbagai hambatan regulasi, rendahnya
keterampilan angkatan kerja Indonesia juga kerap menjadi keluhan para investor.
"UU Cipta Kerja sebagai upaya memecahkan persoalan investor terkait dengan keluhan
perizinan, hambatan regulasi, pengadaan tanah dan lain-lain. Satu lagi keluhan investor yang
perlu menjadi perhatian dan perlu dicairkan solusinya adala rendahnya keterampilan angkatan
kerja Indonesia. Maka selain UU Cipta Kerja, perlu ada strategi untuk meningkatkan keterampilan
dan keahlian angkatan kerja dan pekerja muda atau milenial melalui pelatihan vokasi
bersertifikasi keahlian atau kompetensi." kata Tadjuddin
dalam acara webinar "Strategi Ketenagakerjaan Menghadapi Bonus Demografi dan
Perkembangan Industri", Sabtu (28/11). Tadjuddin mengungkapkan, dari sisi struktur penduduk
usia 15-65 tahun. Indonesia sebetulnya lebih unggul dibandingkan negara tetangga di ASEAN.
Begitu juga dengan jumlah penduduk.
"Jumlah angkatan kerja Indonesia yang produktif cukup besar. Sementara Malaysia dan Thailand
mulai mengalami penurunan. Tiga sampai 4 tahun ke depan, mereka akan kekurangan pasokan
tenaga kerja," papar Tadjudin.
Keunggulan tersebut harusnya bisa dimanfaatkan untuk memajukan ekonomi Indonesia. Namun,
Tadjuddin melihat belum ada strategi yang tepat untuk dapat mengoptimalkan potensi besarnya
jumlah angkatan kerja tersebut.
"Di suatu negara, bonus demografi itu hanya terjadi satu kali, tidak akan terulang. Jadi kalau
kita melewatkan situasi yang sangat menguntungkan ini. kita akan kehilangan peluang, dan
negara kita tidak akan pernah mengalami seperti yang dialami negara-negara maju," kata
Tadjuddin.
Karenanya, menurut Tadjudin perlu ada transformasi struktur sektoral angkatan kerja. serta
peningkatan keterampilan dan keahlian angkatan kerja dan pekerja muda melalui pelatihan dan
pemberian sertifikasi.
Menurut Tadjuddin, trai-ning atau pelatihan angkatan kerja muda sangat diperlukan agar dapat
memenuhi kebutuhan pasar kerja, sedangkan retrai-ning pekerja diperlukan agar dapat
menyesuaikan keterampilan dan keahlian dengan perubahan teknologi. Kemudian res-killing atau
upskUling melatih pekerja agar dapat meningkatkan keterampilan dan keahlian untuk memenuhi
tuntutan perkembangan teknologi.
Tadjudin memberi contoh tenaga kerja Indonesia yang bekerja di bidang teknologi informasi.
Ada beberapa sektor yang mengalami kekosongan tenaga kerja Indonesia atau jumlahnya
sangat minim, misalnya saja analisis sistem, pengembang perangkat lunak, pengembang web
41