Page 48 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 SEPTEMBER 2020
P. 48
Survei BPS tersebut dilakukan selama periode 10-26 Juli 2020 dengan melibatkan 34.559
responden, terdiri dari 6.821 pelaku usaha menengah besar (UMB). 25.256 pelaku usaha mikro
dan kecil (UMK), 2.482 pelaku usaha pertanian.
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan, dari 82,9% pelaku usaha yang mengaku pendapatannya
menurun akibat Covid-19. perinciannya adalah 82,3% UMB mengaku pendapatannya menurun,
dan 84,2% UMKM mengaku pendapatannya menurun.
"Sektor usaha yang pendapatannya menurun paling drastis adalah akomodasi dan makanan
minuman, jasa lainnya, serta transportasi dan pergudangan," papar Suhariyanto dalam webinar
seri 2 Kelompok Studi Demokrasi Indonesia (KSDI), Minggu (20/9).
Suhariyanto menambahkan, beberapa kendala yang dihadapi perusahan selama pandemi Covid-
19 antara lain karena hilangnya pelanggan. Secara umum, delapan dari setiap 10 perusahaan
baik UMKM maupun UMB cenderung mengalami penurunan permintaan karena pelanggan atau
kliennya juga terdampak Covid-19.
Enam dari setiap 10 perusahaan juga menghadapi kendala akibat rekan bisnis mereka terdampak
sangat buruk atau tidak bisa beroperasi secara normal, baik di skala UMK maupun UMB.
Kemudian sekitar 53,17%. UMB dan 62,21% UMK menghadapi kendala keuangan terkait
pegawai dan operasional.
"Dari pelaku usaha yang disurvei, 55% pelaku usaha mengaku tidak tahu berapa lama
perusahaan bisa bertahan dengan kondisi saat ini bila tidak ada perubahan operasi dan bantuan.
26% pelaku usaha masih yakin mampu bertahan dengan kondisi saat ini selama lebih dari tiga
bulan meskipun tidak ada perubahan operasi dan bantuan, dan
19% pelaku usaha mengaku dapat bertahan dengan kondisi saat ini maksimum selama 3 bulan
sejak Juli 2020, bila tidak ada perubahan operasi dan bantuan," papar Suharyanto.
Bantuan Utama
Untuk UMK, bantuan yang paling dibutuhkan antara lain modal usaha (69,2%), keringanan
tagihan listrik untuk usaha (41,18%), relaksasi atau penundaan pembayaran pinjaman
(29,98%), kemudahan administrasi untuk pengajuan pinjaman (17,21%), dan penundaan
pembayaran pajak (15,07%).
Sedangkan bantuan yang paling dibutuhkan UMB yaitu keringanan tagihan listrik untuk usaha
(43,538%), relaksasi atau penundaan pembayaran pinjaman (40,32%), penundaan pembayaran
pajak (39,61%), modal usaha (35.07%), kemudahan administrasi untuk pengajuan pinjaman
(14.44%). Untuk bertahan dari tekanan akibat pandemi Covid-19. pelaku usaha juga telah
melakukan serangkaian adaptasi.
Suhariyanto menyampaikan, yang dilakukan pelaku usaha salah satunya adalah mengurangi jam
kerja. 30%: UMK dan 47% UMB melakukan pengurangan jam kerja untuk tetap
mempertahankan tenaga kerjanya, meskipun aktivitas perusahaan sangat terdampak oleh
pandemi.
"Keputusan untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) cenderung merupakan langkah
terakhir yang diambil oleh pelaku usaha, baik UMK maupun UMB," kata Suhariyanto.
Adaptasi lainnya adalah melakukan diversifikasi usaha, Suhariyanto memaparkan. 16% UMK dan
11% UMB cenderung melakukan diversifikasi usaha, termasuk penambahan penggunaan media
online untuk produk dan penambahan lokasi usaha selama pandemi. Pelaku usaha juga
melakukan adaptasi melalui pemasaran online. 83% UMK dan 79% UMB mengakui adanya
pengaruh positif dalam pemasaran. [HER/E-8|
47