Page 69 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 SEPTEMBER 2020
P. 69

Direktur Pengupahan Kemnaker Dinar Titus Jogaswitani menyebut, saat ini Kemnaker tengah
              melakukan pembahasan KHL hasil peninjauan tahun 2020. "Hasil peninjauan Kebutuhan Hidup
              Layak 2020 untuk menjadi acuan penetapan Upah Minimum Provinsi 2021 dan Upah Minimum
              Kabupaten 2021," katanya kepada KONTAN, Selasa (8/9).

              Menurut  Dinar,  formulasi  penetapan  upah  minimum  tahun  2021  mengacu  pada  Peraturan
              Pemerintah  (PP)  nomor  78  tahun  2015  tentang  pengupahan.  Nantinya,  penetapan  UMP
              dilakukan secara serentak setiap 1 November. Kemudian, jika ada penetapan UMK, maka akan
              dilakukan selambat-lambatnya tanggal 21 November.

              Dinar  sendiri  belum  bisa  memastikan  berapa  besar  angka  acuan  yang  akan  ditetapkan  oleh
              Kemnaker yang selalu dikeluarkan dalam lima tahun terakhir.

              Menuai polemik

              Meski belum ada keputusan final, tapi polemik antara serikat pekerja dan pengusaha mengenai
              dasar penetapan upah sudah terjadi.

              Presiden  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  Said  Iqbal  meminta  kenaikan  Upah
              Minimum Kabupaten/ Kota (UMK) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/ Kota (UMSK) tahun
              2021 sekurang-kurangnya sebesar 8%. Adapun, kenaikan sebesar 8% tersebut, setara dengan
              kenaikan upah minimum dalam tiga tahun terakhir.

              "Walaupun  pertumbuhan  ekonomi  mengalami  kontraksi  minus,  tapi  daya  beli  pekerja  harus
              dijaga," tutur Said.

              Ia juga mengingatkan, angka kenaikan upah minimum sebesar 8% tahun depan akan cukup
              relevan untuk menjaga daya beli pekerja, serta untuk mendukung program pemulihan ekonomi
              nasional (PEN).
              Sementara itu, Ketua DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) DKI Jakarta Sarman
              Simanjorang  mengatakan,  sangat  tidak  elok  berbicara  UMP,  UMK  atau  UMSK  dalam  kondisi
              ekonomi sedang krisis akibat dampak Covid-19 seperti saat ini.

              Sarman menyebut, yang dibutuhkan saat ini adalah bagaimana pengusaha dan pekerja bersama
              sama melawan Covid-19 dengan disiplin melaksanakan protokol kesehatan, sehingga badai ini
              cepat;  berlalu.  "Jadi  jika  ada  permintaan  kenaikan  UMP  atau  UMK  tahun  2021  sangat  tidak
              beralasan dan terkesan (pekerja) tidak mau tau kesulitan yang dihadapi pelaku usaha saat ini,"
              kata Sarman.

              Sarman  mengatakan,  jika  alasan  permintaan  kenaikan  upah  untuk  menjaga  daya  beli
              masyarakat, pemerintah sudah meluncurkan program subsidi bagi pekerja yang bergaji dibawah
              Rp 5 juta per bulan sebesar Rp 600.000 selama empat bulan. Subsidi gaji ini telah digelontorkan
              kepada 15,7 juta pekerja peserta BP Jamsostek.

              Dengan berpedoman kepada PP 78/2015, pengusaha meminta agar kenaikan UMP/ UMK tahun
              2021 adalah 0% atau tidak ada kenaikan karena kesulitan ekonomi.

              Sumber: Kemnaker dan Riset KONTAN










                                                           68
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74