Page 11 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 JULI 2021
P. 11

yang merupakan pekerja informal tidak masuk hitungan, karena program subsidi upah dibuat
              tidak hanya untuk pekerja, melainkan juga untuk dunia usaha/pemberi kerja.

              “Agar fokus pada kelompok yang rentan jatuh miskin jika tidak diberi pertolongan. Lagipula, kami
              ingin, lewat BSU ini, perusahaan juga terbantu, sehingga tidak ada PHK,” katanya.

              Ketua  Federasi  Serikat  Buruh  Persatuan  Indonesia  (FSBPI)  Dian  Septi  mengatakan,  kriteria
              penerima itu bisa mempersulit pekerja terdampak mendapat bantuan. Sebab, yang terdata di BP
              Jamsostek  hanya  pekerja  formal  yang  didaftarkan  perusahaan.  Sementara,  masih  banyak
              perusahaan yang tidak mendaftarkan pekerjanya ke BP Jamsostek.

              Sampai akhir 2020, jumlah pekerja yang terdaftar di BP Jamsostek sebanyak 50,69 juta orang.
              Dari jumlah itu, yang merupakan peserta aktif hanya 29,98 juta orang. Mereka ini para pekerja
              yang belum dilaporkan berhenti oleh pemberi kerja, masih aktif membayar iuran, serta dalam
              masa tenggang pembayaran (grace period). Sisanya terhitung non-aktif.

              Sementara, total jumlah angkatan kerja di Indonesia per Februari 2021 adalah 131,06 juta orang.
              Sekitar 90 juta orang di antaranya memenuhi kriteria untuk menjadi peserta Jamsostek. Artinya,
              kepesertaan aktif BP Jamsostek saat ini baru mencakup 33,3 persen dari total pekerja yang
              sebenarnya berhak mendapat jaminan sosial.

              Selain itu, tambah Dian, pekerja di wilayah yang terkena PPKM umumnya mendapat gaji sesuai
              upah minimum provinsi (UMP), yang berarti di atas Rp 3,5 juta. “Kalau yang dibayar di bawah
              Rp  3,5  juta  itu  mayoritas  buruh  informal,  dan  mereka  pasti  tidak  terdata  di  BP  Jamsostek,
              sehingga tidak bisa mengakses bantuan,” katanya.


              Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK) Mirah Sumirat mengatakan, dengan kriteria
              itu, penerima bantuan subsidi kemungkinan terbatas pada pekerja di luar Jabodetabek. “Mungkin
              yang bisa mengakses itu di daerah lain yang UMP-nya di bawah Rp 3 juta, seperti Jateng, Jatim,
              Sumatera, Sulawesi, itu masih banyak yang digaji Rp 1 juta-2 juta,”  katanya.

              Belum semua didaftarkan


              Sementara itu, Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar
              menyoroti syarat penerima yang tetap membayar iuran dengan rutin. Menurut dia, peserta yang
              masih  aktif  membayar  berarti  masih  mendapat  upah  rutin  dari  perusahaan.  Bantuan  yang
              dibatasi pada peserta aktif itu berpotensi membuat bantuan salah sasaran.

              Menurut  dia,  seharusnya  pekerja  yang  upahnya  dipotong  oleh  perusahaan  yang  mendapat
              prioritas  bantuan  tunai.  “Seharusnya  data  dikerucutkan  pada  peserta  non-aktif  saja,”  kata
              Timboel.


              Senada,  Wakil  Ketua  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  Bidang  Ketenagakerjaan  Bob  Azzam
              mengatakan, masih banyak perusahaan yang tidak mendaftarkan pekerjanya ke BP Jamsostek.
              Bukan hanya usaha mikro kecil menengah (UMKM), perusahaan besar pun belum semuanya
              mendaftarkan pekerjanya.

              Kriteria penerima yang dibatasi hanya pada peserta BP Jamsostek berstatus PU itu dinilainya
              akan mempersulit akses bantuan bagi pekerja yang tidak terdaftar. Untuk itu, ia menyarankan



                                                           10
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16