Page 43 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 OKTOBER 2021
P. 43

untuk  mendorong  penetapan  UMP  yang  sesuai dengan  ketentuan  Peraturan  Pemerintah  No.
              36/2021 tentang Pengupahan.
              "Bagi para pihak yang tidak puas, mereka bisa menggunakan mekanisme gugatan sesuai dengan
              ketentuan peraturan perundang-undangan," tuturnya.

              Di sisi lain, persentase kenaikan upah minimum berpotensi lebih rendah dibandingkan dengan
              tahun  sebelumnya,  seiring  dengan  diterapkannya  metode  kalkulasi  baru  perhitungan  upah
              minimum.

              Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar menjelaskan
              penetapan upah minimum 2022 bakal mengacu pada PP No. 36/2021 sebagai pengganti PP No.
              78/2015.

              Menurutnya,  penghitungan  upah  minimum  itu  akan  memakai  sejumlah  variabel  baru.  Pada
              regulasi lama, kenaikan upah minimum mengacu pada tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi
              tahun berjalan.

              'Kenaikan upah minimum tahun depan dihitung dengan mengacu pada upah minimum tahun
              berjalan, tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, batas atas dan batas bawah upah minimum,"
              kata Timboel.

              Batas atas upah minimum sendiri dihitung dengan mengalikan rata-rata konsumsi per kapita dan
              rata-rata anggota keluarga. Hasil dari perkalian itu lantas dibagi dengan jumlah
              rata-rata anggota rumah tangga yang bekerja.

              Hasil  penghitungan  sementara  yang  dilakukan  Timboel  dengan  formulasi  terbaru
              memperlihatkan kenaikan upah minimum berada di kisaran 1%-2%. Selain itu, kenaikan upah
              minimum berpotensi tak merata karena inflasi dan pertumbuhan ekonomi tak merata di setiap
              provinsi.

              ''Yang terpenting sekarang otoritas statistik segera merilis angka-angka variabel yang diperlukan,
              seperti tingkat konsumsi dan jumlah rata-rata anggota keluarga," kata dia.

              Sementara  itu,  Direktur  Eksekutif  Next  Policy  Fithra  Faisal  Hastiadi  berpendapat  rencana
              kenaikan UMP 2022 harus diiringi dengan kebijakan afirmatif bagi perusahaan yang belum pulih
              dari dampak pandemi tahun ini.

              Faisal  mengatakan  kebijakan  afirmatif  itu  memberi  relaksasi  bagi  perusahaan  yang  masih
              terkendala arus kas akibat pandemic Covid-19. Artinya, perusahaan yang memperoleh relaksasi
              dapat menunda pemberlakuan kenaikan UMP 2022.

              Menurut  dia,  langkah  itu  juga  dapat  menjaga  trend  pemulihan  ekonomi  nasional  seiring
              membaiknya indeks manajer pembelian manufaktur dalam negeri.

              "Harus  ada  afirmasi,  industri  mana  yang  sudah  pulih,  mana  yang  belum,  karena  kalau  ini
              diwajibkan semua maka akan meningkatkan ongkos produksi mereka di saat masa pemulihan,"


              kata Faisal.
              Dia  mengatakan  kebijakan  afirmasi  dapat  menghindarkan  industri  dalam  negeri  dari  potensi
              pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat naiknya biaya produksi.

              "Kalau momentum pemulihan ini tidak bisa dijaga, mereka akan menghasilkan PHK yang jauh
              lebih besar," kata dia.

                                                           42
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48