Page 62 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 MARET 2021
P. 62

PKWT diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja
              Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja.
              Mengutip  PP35/2021,  pasal  5  menerangkan  PKWT  berdasarkan  jangka  waktu  dibuat  untuk
              pekerjaan  tertentu  yaitu:a.  Pekerjaan  yang  diperkirakan  penyelesaiannya  dalam  waktu  yang
              tidak  terlalu  lama.  Pekerjaan  yang  bersifat  musiman.  Pekerjaan  yang  berhubungan  dengan
              produk  baru,  kegiatan  baru,  atau  produk  tambahan  yang  masih  dalam  percobaan  atau
              penjajakan.

              Apa saja alasan buruh mengecam aturan tersebut? 1. Tak Ada Harapan Jadi Karyawan Tetap
              Pihaknya mengecam aturan tersebut karena buruh bisa dikontrak hingga 5 tahun tanpa adanya
              kepastian diangkat sebagai karyawan tetap.

              "Harapan untuk diangkat sebagai karyawan tetap pasti hilang, kenapa? Karena kontrak dia bisa
              berulang-ulang  tanpa  batas  waktu  periode,"  kata  Presiden  KSPI  Said  Iqbal  saat  dihubungi
              detikcom, kemarin Minggu (28/2/2021).
              Dijelaskannya, jika tidak ada periode kontrak, hanya batas waktu kontrak maka akan terjadi
              kontrak yang berulang-ulang.

              "Misal dikontrak 2 minggu ya bisa dipecat, dikontrak lagi sebulan dipecat, dikontrak lagi setahun,
              bisa saja terjadi dalam 5 tahun periode kontraknya ratusan kali," sebutnya.

              Simak juga video 'KSPI Kirim Surat ke Jokowi Minta Bantuan Subsidi Upah Dilanjutkan': 2. Buruh
              Dihantui Pemutusan Kontrak Secara psikologis, menurutnya aturan tersebut bisa membuat buruh
              merasa tidak nyaman bekerja di perusahaan. Akibatnya produktivitas akan turun sehingga yang
              rugi perusahaannya juga.

              "Itu produktivitas pasti menurun. Sebenarnya rugi perusahaan itu. PP Nomor 35 ini merugikan
              pengusaha juga sebenarnya kalau dipikirkan secara baik-baik, sebagai perusahaan yang modern
              ya. Kalau perusahaan abal-abal tentu senang ya karena (bisa) kontrak pecat-kontrak pecat,"
              jelas Iqbal.

              3. Terancam Tak Dapat Jaminan Ketenagakerjaan Said Iqbal berpendapat bahwa artinya buruh
              bisa  dikontrak  hanya  beberapa  minggu  atau  bulan  saja.  Konsekwensinya,  mereka  bisa
              kehilangan hak mendapatkan jaminan ketenagakerjaan, termasuk jaminan kehilangan pekerjaan
              (JKP).

              "Nah, dengan dikontrak pendek, tidak mungkin lah perusahaan memberikan semacam JKP yang
              dijanjikan  dalam  Undang-undang  Cipta  Kerja  atau  PP  Nomor  37.  Mana  mau  perusahaan
              mengontrak berulang-ulang menyiapkan JKP," kata dia.

              Sebab, salah satu syarat mendapatkan JKP minimal buruh yang bekerja pada usaha besar dan
              usaha  menengah  harus  diikutsertakan  pada  program  JKN,  JKK,  JHT,  JP,  dan  JKM,  atau
              pekerja/buruh  yang  bekerja  pada  usaha  mikro  dan  usaha  kecil,  diikutsertakan  sekurang
              kurangnya pada program JKN, JKK, JHT, dan JKM.

              Selain itu, manfaat JKP dapat diajukan setelah peserta memiliki masa iur paling sedikit 12 bulan
              dalam  24  bulan  dan  telah  membayar  iuran  paling  singkat  6  bulan  berturut-turut  pada  BPJS
              Ketenagakerjaan sebelum terjadi pemutusan hubungan kerja atau pengakhiran hubungan kerja.








                                                           61
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67