Page 310 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 310

Ringkasan

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menolak pengurangan nilai pesangon pemutusan
              hubungan kerja (PHK) dalam omnibus law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja. Dalam
              Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  2003  tentang  Ketenagakerjaan,  pesangon  PHK  diatur
              maksimal hingga 32 kali upah.



              KSPI MENOLAK PENGURANGAN PESANGON BAGI KORBAN PHK DALAM RUU CIPTA
              KERJA

              JAKARTA  . Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menolak pengurangan nilai pesangon
              pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam omnibus law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta
              Kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pesangon PHK
              diatur maksimal hingga 32 kali upah.

              Sedangkan dalam RUU Cipta Kerja, penghitungan pesangon PHK diubah menjadi 19 kali upah
              ditambah 6 kali jaminan kehilangan pekerjaan (JKP), sehingga totalnya menjadi 25 kali upah.
              "Buruh  menolak  pengurangan  nilai  pesangon  dari  32  bulan  upah  menjadi  25  bulan,"  kata
              Presiden Said Iqbal dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (3/10/2020).
              Said  Iqbal  juga  mempertanyakan  sumber  dana  Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial  (BPJS)
              Ketenagakerjaan  dalam  membayar  upah  buruh.  Ia  menilai  skema  pemberian  pesangan  oleh
              perusahaan dan pemerintah melalui JKP tidak masuk akal karena sumber dana yang tidak jelas.

              "Dari  mana  BPJS  mendapat  sumber  dananya?  Dengan  kata  lain,  nilai  pesangon  berkurang
              walaupun dengan skema baru yaitu 23 bulan upah dibayar pengusaha dan 9 bulan dibayar BPJS
              Ketenagakerjaan tidak masuk akal," kata dia.

              "Karena tanpa membayar iuran, tapi BPJS membayar pesangon buruh 9 bulan," ujar Said Iqbal.

              Sebelumnya,  pemerintah  dan  DPR  menyepakati  pengurangan  pesangon  PHK  melalui  klaster
              ketenagakerjaan  dalam  RUU  Cipta  Kerja.  Pemerintah  yang  diwakili  Staf  Ahli  Kemenko
              Perekonomian  Elen  Setiadi  dan  Sekjen  Kementerian  Ketenagakerjaan  Anwar  Sanusi
              mengusulkan, penghitungan pesangon PHK diubah menjadi 19 kali upah ditambah 6 kali jaminan
              kehilangan pekerjaan (JKP), sehingga totalnya menjadi 25 kali upah. "Dalam perkembangan dan
              memperhatikan  kondisi  saat  ini,  terutama  dampak  pandemi  Covid-19,  maka  beban  tersebut
              diperhitungkan  ulang.  Penghitungannya  adalah  sebagai  berikut,  yang  menjadi  beban  pelaku
              usaha atau pemberi kerja maksimal 19 kali gaji ditambah dengan JKP sebanyak 6 kali," kata Elen
              dalam rapat kerja bersama Badan Legislasi DPR, Sabtu (3/10/2020).

              JKP sepenuhnya dikelola oleh pemerintah. Elen menjelaskan, melalui JKP, pemerintah sekaligus
              memberikan  manfaat  berupa  upscalling  dan  upgrading  bagi  pekerja  yang  di-PHK.  "Kalau  di
              Undang-Undang existing (UU Ketenagakerjaan No 13/2003) hanya mendapatkan semacam uang
              saja. Nah, di JKP programnya tiga, yakni cash benefit, upscaling, upgrading," papar Elen.

              Menurut  dia,  saat  ini  besaran  pesangon  PHK  pekerja  di  Indonesia  terbilang  besar  jika
              dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Ia membandingkan dengan Vietnam dan Malaysia.
              Menurut Elen, hal ini menyebabkan investor berpikir ulang untuk berinvestasi di Indonesia.
              "Kita adalah yang paling tinggi memberikan jaminan pesangon, 32 kali. Vietnam mungkin hanya
              berapa, Malaysia berapa. Karena itu, ini jadi pertimbangan orang masuk. Ketika saya (misalnya)
              investasi, karena ada satu dua hal saya nanti lakukan PHK pesangon, tidak cukup modal saya.
              Ini jadi pertimbangan," ujarnya.




                                                           309
   305   306   307   308   309   310   311   312   313   314   315