Page 197 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 NOVEMBER 2020
P. 197

Sekjen  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Seluruh  Indonesia  DPD  (KSPSI)  DIY  Irsyad  Ade  Irawan
              mengatakan jika aksi yang digelar oleh sejumlah aliansi buruh tersebut menuntut agar Gubernur
              DIY menetapkan UMP sesuai dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) buruh yang ada di DIY.



              PROTES UMP, BURUH JOGJA MINTA SRI SULTAN NASIHATI GUBERNUR DIY

              Sejumlah  buruh  di  Jogja  menggelar  aksi  memprotes  keputusan  Gubernur  DIY  yang  hanya
              menaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang hanya sebesar 3,54 persen dengan menggelar
              pertunjukan  budaya  Topo  Pepe  di  Kawasan  Titik  Nol  Kilometer,  Gondomanan,  Jogja,  Senin
              (2/11/2020).

              Sekjen  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Seluruh  Indonesia  DPD  (KSPSI)  DIY  Irsyad  Ade  Irawan
              mengatakan jika aksi yang digelar oleh sejumlah aliansi buruh tersebut menuntut agar Gubernur
              DIY menetapkan UMP sesuai dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) buruh yang ada di DIY.

              "Karena kemarin baru UMP yang naik 3,54 persen. Sedangkan, UMK belum naik, kami ingin
              Sultan Hamengku Buwono X menasehati Gubernur DIY agar menaikkan sesuai dengan KHL yaitu
              rata-rata di atas Rp3 juta," ujar Irsyad saat dikonfirmasi pada Senin (2/11/2020).

              Lebih  lanjut,  pihaknya  juga  meminta  agar  Gubernur  DIY  memberikan  sejumlah  kebijakan.
              Diantaranya, merealisasikan untuk memberantas ketimpangan kemiskinan. Kedua, merelisasikan
              upah minimum provinsi di DIY agar tidak menjadi yang terendah di Indonesia.
              "Tekad seperti itu pernah disampaikan oleh Gubernur DIY. Namun, belum pernah direalisasikan.
              Kita minta Sultan Hamengku Buwono X menasihati yang bertakhta agar menasihati Gubernur
              agar merealisasikan tekad-tekadnya," imbuhnya.

              Pihaknya,  juga  menuntut  agar  Gubernur  DIY  agar  membuat  langkah-langkah  konkret  agar
              Omnibus Law tidak bisa disahkan di DIY. "Dan untuk lebih lanjut tidak menetapkan upah murah
              yang kemudian memberatkan buruh," sambung Irsyad.

              Tidak hanya itu, pihaknya juga menentang SE Menaker tentang pengupahan yang berdampak
              pada memburuknya kondisi warga DIY yang berprofesi sebagai pekerja.

              "Kita  menolak  SK Menaker  karena  tidak berperspektif gender  karena menghilangkan  elemen
              pembalut  wanita  diganti  cutton  bud.  Kemudian,  kualitas  dan  kuantitas  semua  berkurang,"
              ungkap Irsyad.

              Ketika disinggung mengenai maksud dari pernyataan soal nasihat yang disampaikan oleh Sri
              Sultan Hamengku Buwono X kepada Gubernur DIY padahal merupakan sosok yang sama, Irsyad
              menegaskan jika meskipun sama sosok Sri Sultan Hamengku Buwono X Dan Gubernur DIY punya
              tanggung jawab yang berbeda.

              "Meskipun  sama  kan  dia  memiliki  tanggung  jawab  yang  beda,  mungkin  kalau  secara
              kelembagaan  sebagai  Gubernur  dia  memiliki  keterbatasan,  tetapi  kemudian  kalau  Sri  Sultan
              Hamengku Buwono X pernah menguasai seluruh daerah warisan Mataram dan dia memiliki gelar
              yang sangat luar biasa, yaitu dia bisa menyatukan dunia dan akhirat," terangnya.

              Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka MPBI DIY menuntut sejumlah hal,
              diantaranya:

              1. Revisi Keputusan Gubernur DIY tentang Penetapan UMP 2021, dan tetapkan UMK DIY sebagai
              berikut  :  Kota  Yogyakarta:  3.356.521;  Kabupaten  Sleman:  3.268.287;  Kabupaten  Bantul  p:
              3.092.281; Kabupaten Kulonprogo: 3.020.127; Kabupaten Gunungkidul: 2.807.843.


                                                           196
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202