Page 35 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 SEPTEMBER 2020
P. 35

untuk kepentingan sekelompok, namun keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana yang di
              amanatkan konstitusi.
              Ia mengatakan, DPR sebagai wakil rakyat haruslah memberikan jaminan terhadap pihak yang
              mereka  wakili.  Berbagai  masukan  dari  serikat  Buruh  terkati  RUU  Cipta  Kerja  yang  teiah
              diakomodir diharapkan bisa membawa dampak positif terhadap proses pembahasan RUU Cipta
              Kerja.

              Sementara itu, Komite Tetap Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia,
              Bob  Azam  mengatakan,  kesepahaman  antara  buruh  dan  DPR  merupakan  suatu  proses
              penyerapan aspirasi masyarakat dalam pembahasan suatu undang-undang.

              Hasil  kesepahaman  ini bahkan  dinilai  Bob  akan mempercepat  pembahasan  RUU  Cipta  Kerja.
              Menurut Bob, kesepahaman ini wajar sebagai penjaringan kelompok masyarakat sebagai aspirasi
              dalam pembentukan undang-undang.

              Ia mengatakan, proses menyerap aspirasi masyarakat oleh DPR tidak hanya'dilakukan bersama
              serikat  buruh.  Pengumpulan  aspirasi  juga  dilakukan  pemerintah  dalam  hal  ini  Kementerian
              Ketenagakerjaan bersama Unsur pengusaha dan unsur buruh melalui tim tripartit yang telah
              dilakukan beberapa waiktu lalu.

              Bob juga mengatakan bahwa saat ini memang perlu dilakukan transformasi atas undang-undang
              ketenagakerjaan sehingga bisa menciptakan lapangan kerja sebagai upaya merealisasikan cita-
              cita  proklamasi  yang  tercantum  dalam  pembukaan  UUD  1945.  Hal  ini  dilakukan  agar  sektor
              ketenagakerjaan dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

              Dengan adanya ruang dialog tersebut, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN),
              Ristadi mengatakan bahwa selama ini perlu ada pelurusan terhadap persepsi yang menyatakan
              bahwa serikat buruh atau serikat pekerja menolak total RUU Cipta Kerja.

              Ristadi menegaskan, bahwa selama ini tidak ada serikat pekerja atau serikat buruh yang tidak
              setuju perizinan investasi dipermudah, pemangkasan birokrasi, serta biaya perizinan usaha yang
              rendah dan berkepastian waktu permohonan perizinan.

              Dirinya mengatakan dalam cluster ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja juga terdapat klausul yang
              tidak  pernah  diungkap  ke  publik  Yakni  terdapat  tiga  klausul  baru  yang  didalam  UU
              Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 belum diatur.

              Tiga  klausul  baru  dalam  RUU  Cipta  Kerja  tersebut  adalah,  uang  kompensasi  untuk  pekerja
              kontrak atau PWKT, Jaminan kehilangan pekerjaan dan adanya penghargaan yang diberikan
              kepada pekerja dengan masa kerja 3 - 6 tahun selama dia masih tetap bekerja.

              Ristadi juga mengungkapkan fakta tentang kondisi ketenagakerjaan di Indonesia, bahwa saat
              irii yang didapat KSPN dari hasil 23 kota Kabupaten Industri di Pulau Jawa.

              Menurut data KSPN, hingga saat ini tidak ada satupun perusahaan di Indonesia yang 100 %
              melaksanakan norma kerja.

              Sehingga banyak pekerja  yang sudah mencapai masa kerja 10 tahun tapi status nya masih
              karyawan kontrak, padahal dalam UU Ketenagakerjaan yang sekaran berlaku, pekerja kontrak
              itu batas waktunya maksimal hanya 3 tahun.







                                                           34
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40