Page 38 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 JUNI 2021
P. 38

Secara  tradisional  kita  sudah  mengenal  jenis  kerumunan  yang  disebut  patembayan
              (gesselschaft). Mereka adalah kelompok sosial yang anggota-anggotanya menjalin hubungan
              bersifat kontraktual (sementara) dan kurang saling mengenal secara personal.

              Gesselschaft  disatukan  oleh  pemikiran  yang  sama  dan  ditentukan  oleh  kurwille  (kehendak
              rasional) termasuk pemikiran ekonomi (kerja). Pengaturan dari pelembagaan kontrak kerja di
              rumah  tangga  dalam  bentuk  UU  adalah  ciri  masyarakat  kosmopolit  di  negara  hukum  yang
              menghargai kesetaraan antar warga pemberi dan penerima kerja walau relasi kuasa keduanya
              asimetris.

              Berbeda dari isi Konvensi ILO No 198 yang mengharuskan negara menetapkan hak-hak dan
              kewajiban dua belah dalam UU, RUU PPRT menyerahkan pengaturannya melalui kesepakatan-
              kesepakatan hasil musyawarah mufakat. Meski demikian, kehadiran negara sebagai regulator
              dan mediator harus ada terutama saat konflik antara keduanya muncul. Hal ini telah diperankan
              oleh Pemerintah Singapura dan Filipina.

              Satu  isu  penting  yang  dinormakan  dalam  RUU  PPRT  adalah  skema  gotong-royong  dalam
              pembayaran iuran Jamsostek bagi PRT. Dalam draf RUU PPRT pembayaran Jamsostek digotong
              antara pemerintah dan pemberi kerja masing-masing Rp 16.000 dan Rp 20.000 per bulan. Uang
              yang  receh  yang  bisa  menjadi  investasi  surga  jika  diniatkan  sebagai  sedekah  bagi  majikan
              Muslim.

              Legislasi pro orang miskin Hanya kelompok kaya yang bisa bertahan dan bahkan bisa semakin
              kaya  akibat  pandemi.  Sebaliknya,  pandemi  memicu  melonjaknya  jumlah  penduduk  miskin,
              termasuk para perempuan PRT yang dirumahkan tiba-tiba oleh majikan. Riset Indonesia Budget
              Center (IBC) 2021 menunjukkan memburuknya kesenjangan gender di Indonesia yang dipicu
              memburuknya kemiskinan akibat pandemi Covid-19 dalam setahun ini.

              Oleh karena itu, semua pihak harus berupaya melakukan pencegahan memburuknya kemiskinan,
              termasuk dengan membuat kebijakan dan perundangan yang memberdayakan kelompok miskin
              (pro-poor). Analisis dampak dari RUU PPRT adalah RUU ini termasuk kategori pro-poor legislation
              karena berisi perlindungan terhadap "kepala keluarga" perempuan yang berprofesi PRT.

              Dengan pengesahan RUU PPRT, para perempuan golongan miskin ini menjadi nyata (visible) di
              mata negara sehingga membuka akses para PRT terhadap semua program perlindungan sosial
              dari  negara.  Selama  ini  para  PRT  tak  terdaftar  di  Kementerian  Sosial  maupun  Kementerian
              Koperasi-UMKM yang bertugas mendistribusikan paket krisis maupun pemulihan ekonomi akibat
              pandemi. Sementara PRT memenuhi semua kriteria dan syarat untuk menerima paket-paket itu.
              Para PRT masih termasuk golongan tak tersentuh (the untouchable ) walau hidup bersama kita.

              Pengakuan  dan  pengesahan  (recognizing  dan  legalizing)  keberadaan  PRT  adalah  upaya
              pemberdayaan  bagi  kaum  duafa  sekaligus  penghormatan  atas  semangat  mereka
              memperjuangkan  perbaikan  nasib  mengatasi  kemiskinan.  Mereka  memilih  bekerja  menjual
              tenaga  dan  keringat  daripada  berpangku  tangan  menunggu  belas  kasihan  menjadi  beban
              masyarakat dan negara.

              Sebagian besar para PRT menerima gaji di bawah UMR karena "daya beli" pemberi kerja yang
              juga  rendah,  padahal  paling  tidak  mereka  menanggung  hidup  empat  orang  per  PRT  (
              dependency ratio 1:4) sehingga melindungi dan memberdayakan 5,6 juta PRT akan berdampak
              pada penyelamatan setidaknya 22,4 juta penduduk. Tentu angka ini bisa berkembang menjadi
              puluhan juta penduduk sesuai hukum multiplier effect.
              Tidak  mungkin  mengembangkan  karier  dalam  profesi  PRT,  sekali  PRT  akan  terus  jadi  PRT
              sehingga  memiliki  akses  terhadap  Jamsostek  merupakan  perlindungan  bagi  PRT  saat  purna.


                                                           37
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43